KolaborAksi Petai Lamtoro dan Es Lilin

Almarhum Ibu saya selama akhir hayatnya adalah guru Sekolah Dasar (SD). Jaman saya masih Sekolah Menengah Pertama (SMP) kira-kira usia 14 tahun pernah kolaborasi dagang dengan Ibu.

Kami waktu itu menempati rumah dinas guru di SDN Kupang 2, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Rumah dinas itu masih dalam area sekolahan. Depan rumah ada pohon petai lamtoro. Biji lamtoro biasanya dipakai masak untuk campuran nasi pecel ataupun buat botok.

Ketika pohon itu berbuah biji-biji lamtoro, tugas saya adalah memanjat pohon dan memangkas biji-bijinya. Gunakan tongkat panjang dari bambu, ujung nya ada sabit yang diikat. Sambil mengapit batang pohon, saya diatas memainkan tongkat dan sabit itu untuk unduh biji-biji lamtoro.

Memanjat dan turun dari pohon petai lamtoro awalnya tidak gampang. Pernah pakai celana pendek dan turun dalam posisi mengapit pohon nya. Terus entah gimana bisa keplorot. Dua paha dalam ini gesekan dengan pohon lamtoro. Baret! Nyeri hahaha. Fyuh.

Biji-biji petai lamtoro jatuh kebawah dan diambil Ibu. Setelah banyak, saya turun dan ikut nimbrung bersama ibu untuk melepaskan biji-biji itu dari kelopak nya. Biji-biji itu dibungkus dengan plastik ukuran kecil yang pagi hari nya siap dikirim ke pasar. Kebetulan belakang rumah ada pasar.

Kadang pula biji lamtoro itu belum sampai ke pasar sudah dibeli oleh tetangga.

Es Lilin

Selepas maghrib sampai katuk menyerang, saya dan Ibu pernah membuat es lilin. Ibu membuat aneka rasa bahan baku es lilin. Ada rasa kacang hijau, susu, strawberi, jeruk, dll. Bahan baku itu kemudian kami memasukkan ke bungkus-bungkus plastik kecil dan mengikatnya dengan karet.

Setelah itu masuk ke freezer kulkas. Pagi hari nya es lilin itu ditaruh di depan rumah dengan wadah uang disampingnya. Lantas Ibu mengajar. Ketika anak-anak SD istirahat dan ingin membeli es lilin, tinggal ambil dalam termos dan letakkan uang nya di wadah. Tanpa ada pengawasan.

Ibu bilang, “Biarkan saja anak-anak ambil dan bayar sendiri. Klo pun ada yang niat mencuri, biarkan saja. Namanya juga anak-anak. Niatkan saja jadi sedekah.

Lamtoro dan Es Lilin itu jadi pengalaman hidup. Ibu melakukan itu untuk uang tambahan kebutuhan keluarga. Bisa jadi untuk yang saku anak-anak nya dan bisa juga untuk tambahan lainnya.

Saya coba tarik ke belakang antara posisi saya saat ini yang berbisnis di BOC Indonesia dan peristiwa masa lalu. Entah berkaitan atau tidak, hanya Allah yang Maha Tahu. Yang jelas Ibu memberikan nilai tersendiri pada saya waktu itu. Hidup harus kreatif. Memanfaatkan peluang yaitu adanya pohon lamtoro depan rumah dan pasar di belakang rumah, serta potensi keberadaan anak-anak SD yang butuh jajanan es.

Kangen Ibu euy! Sayang nggak ada fotonya. Terima kasih pernah diajak kolaborAksi.

Bagikan Yuk
[addtoany]