STOP Paku Pohon!

Sepanjang Jl. Jayagiri Denpasar penuh dengan iklan yang terpaku, tertancap di pepohonan. Getah-getah (darah) itupun semburat disekujur tubuh pohon (melodrama nih).

websitepakupohon1

Boleh berjualan namun paku terbuat dari besi memiliki unsur yang mengganggu kesuburan pohon. Coba dada mu kasih tancap pake paku. Gimana rasa dan efek nya?. Kalau kesuburannya sudah terganggu, lambat laun pohon itu akan mati dengan sendirinya. Bisa bulanan, bisa tahunan tergantung jenis pohon. Manusia saja kalau terkena paku bisa tetanus. Pohon sebagai makhluk hidup juga sama.

Iklan bisnis dengan tancap paku dipohon adalah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan (keuntungan) dan itu mengorbankan lingkungan, merusak keindahan kota, merusak mata masyarakat (sampah visual).

Menggunakan jasa mereka sama seperti mendukung gerakan merusak lingkungan tempat hidupmu berada. Ayolah pelaku bisnis, ayo beriklan dengan cara kreatif, santun dan ikut menjaga lingkungan hidup kita. Tahu nggak, hidup kita ini berhutang kepada anak cucu pengguna alam dimasa datang lho. Kalau sekarang kita rusak, bagaimana hidup mereka nanti?

Sini aku bantu iklankan bisnismu yang menurutku siy kreatif dan menyehatkan. Aku berdiri di pinggir jalan, demi kamu lho. Aku submit di social media, biar teman-temanku melihatmu. Itu demi kamu lho. Bahkan kupasang sebagai penutup silau di kantorku dan semua akan melihatnya, bahkan pelangganku akan mencatat nomor telponmu. Siapa tahu ada calon pelanggan yang merasa mahal denganku dan akan pakai jasamu. Keto kone pak bli bos. Salam Rahayu! Long Live Bali Outbound Community!

websitepakupohon2

websitepakupohon3

Beberapa teman berpendapat seperti ini: “Mungkin krena iklan bisnisnya yg dipegang itu sealiran jadi tanggepannya begitu… coba nanti yg dipegangin itu iklan pijat plus plus atau iklan cewek single mas… mungkin sedikit menarik”. Ada lagi: “Bos,ini murni rasa Kepohonan yg adil dan beradab atau persaingan bisnis?”.

Kemudian mendapat tanggapan dari temanku atas pernyataan diatas: “Di Bogor walikota nya sudah mengatur masalah ini pada Perda 8 Tahun 2006, Jika tertangkap, seorang pelaku akan disanksi sesuai UU Nomor 8 tahun 2006 tentang ketertiban umum dengan ancaman kurungan selama 3 bulan, serta denda maksimal Rp50 juta.
Belum tau kalo di Bali.

Walhi bali pun mengecam karena beberapa alasan :

1.Sangat bertentangan dengan etika masyarakat Bali ( ritus tumpek bubuh ) yang memanusiakan pohon atau tumbuh – tumbuhan, memaku pohon berarti menyakiti pohon tersebut.

2.Secara estetika merusak keindahan kota

3.Secara logika ketika Pohon di paku, maka akan menimbulkan lobang, lobang tersebut akan mengundang binatang, ulat penggerek batang untuk datang, lama kelamaan ulat tersebut akan mengrek habis batang pohon tersebut yang menyebkan pohon itu busuk dan lapuk, dan ketika musim angina kencang maka pohon akan tumbang bila menimpa orang siapa yang akan bertanggung jawab????

Disini bukan masalah kompetitor atau karena Mas Hendra W Saputro bekerja di bagian yang sama dengan yang difoto, ini hanya kebetulan saja.

Aku sendiri sebenarnya sudah jengah ngeliat kaya gini Mas, jadi kepikiran untuk nyeriusin kegiatan “STOP MEMAKU POHON”.

Maka berkaitan dengan anggapan persaingan bisnis, ini tanggapanku: “pertama kali lihat iklan website terpaku di pohon, reaksi dalam pikiranku adalah: Pohon terpaku, Keluargaku (seprofesi) dan edukasi. Tak kasih tahu ya pak bos, mayoritas diFB adalah orang melek internet, ada yg inline se profesi dgn aku, web designer. Dalam rangka edukasi ttg lingkungan hidup, gaungnya lebih kena ke keluarga sendiri (para sahabat wirausaha website, praktisi, akademisi, pelanggan, dll yg berkaitan dgn IT), dan itu perlu alat peraga yg real. Foto itulah peraganya.

Klo omongin badut, tukang sedot WC, mereka tidaklah inline dgn profesiku dan beda pemahaman bahkan mungkin beda tingkat pendidikan. Jika posting itu, topiknya terlalu ringan dan cepat menguap. Sedot WC ya hmm wajarlah jika paku-paku tipu-tipu pohon. Yang diperlukan bagi mereka adalah Perda dan satpol PP. Sedangkan Web designer itu bos, pasti dulu dapat mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), lulusan perguruan tinggi, profesi yang keren, high class, brain matic bla bla beken. Tentu otaknya ya canggih kan? Tapi kenapa kok paku-paku tipu-tipu pohon? Aku nggak mau profesi web design = sedot WC / Tukang badut.

Persaingan bisnis? Kompetisi? Itu salah kaprah dan kliru besar pak Bos. Baca lagi diatas apa ada long live nama usahaku? Apakah ada sisipan produk nya usahaku disana? Long live Bali Outbound Community pak bos. Disitulah salah satu wadahku aktif mencintai alam.

Sekali lagi ya, tujuan postingku adalah edukasi, mengingatkan dan membantu. Harapanku ada efek viral marketing yang selalu jadi pengingat untuk tidak paku tipu pohon. Biar adik-adik/sahabat praktisi website developer tidak merendahkan profesinya thd alam dan masyarakat. Aku mulai dari hal kecil dulu lah, aku punya FB, punya smartphone utk poto dan punya otak untuk pikir dan jemari utk bicara. Biar sesuai dengan doaku lah Pak Bos. Aku ingin menjadi manusia yang bermanfaat, kaya raya, mulia dan masuk surga #eaeaaa Amin. Salam lestari ya”.

Bagikan Yuk
[addtoany]