TerBirahi Kekuasaan

Alkisah sebuah negara bernama Turate berpenduduk 10 juta jiwa. Wilayah kekuasaannya punya banyak cabang-cabang kota. Awal sejarah dan berdiri nya negara Turate ini berasal dari kota bernama Madina. Maka pusat pemerintahan nya pun di kota Madina.

Negara Turate dipimpin oleh seorang Ksatria. Pemilihan seorang Ksatria berdasarkan hasil musyarawah 10 orang sesepuh negara yang terkumpul dalam Majelis Tetua. Hasil pemilihan ini bersifat mutlak dan harus ditaati oleh warga negara Turate. Semua aturan tata kelola negara sudah tertuang dalam prasasti bernama Serat Nagari Turate.

Semua aturan dalam Serat Nagarai Turate itu hasil musyawarah besar yang dihadiri oleh Majelis Tetua, Ksatria dan para bawahannya di seluruh negara Turate. Tiap-tiap cabang kota dipimpin oleh para Senopati.

Nilai Persaudaraan

Kehebatan negara Turate adalah punya nilai utama bernama Persaudaraan. Karena nilai itulah yang mempersatukan perbedaan penduduknya. Beda agama, beda suku, beda kelas (miskin, menengah, kaya raya). Semuanya harmoni terapkan nilai-nilai Persaudaraan.

Semua penduduk dan para generasi muda negara Turate harus berlatih ilmu dan nilai-nilai Persaudaraan. Selama 3 tahun mereka di gembleng Persaudaraan. Bila ada penduduk dari negara lain ingin tinggal di Turate, mereka harus ikut latihan Persaudaraan itu.

Tujuan dari latihan Persaudaraan adalah terjadinya kehidupan dengan prinsip saling sayang-menyayangi, hormat-menghormati dan saling bertanggungjawab. Mulia sekali kan?

Sudah 95 tahun warga negara Turate hidup guyup, rukun, “gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo (kekayaan alam yang berlimpah dengan keadaan yang tenteram)”. Semua pada “Memayuhayuning Bawana (memperindah dunia)”. Hingga suatu ketika birahi kekuasaan itu muncul!

Pembelotan dan Pengkhianatan

Ada beberapa bawahan Ksatria yaitu para patih dan para senopati yang kasak kusuk berupaya merebut kekuasaan dengan membuat pemerintahan sendiri dalam Negara Turate.

Alasan para patih dan para senopati adalah:
– Menggugat aturan tentang pengangkatan Ksatria dalam Prasasti Serat Nagari Turate.
– Menggugat perolehan suara Ksatria terpilih yang angkanya kecil dari Ksatria lain nya.
– Tidak terima dengan gaya kepemimpinan Ksatria yang dekat dengan negara-negara lain.
– Ksatria terpilih akan merebut aset negara dan memindahkan pusat pemerintahan/ibu kota.

Akibat alasan itu, para patih dan para senopati menciptakan kepemimpinan sendiri. Membuat kepengurusan sendiri dari pusat hingga cabang-cabang. Mempengaruhi semua warga negara Turate bahwa Ksatria terpilih adalah pemimpin yang berbahaya.

Para patih dan senopati dengan birahi kekuasaannya membuat pernyataan bahwa para warga Negara Turate yang tidak mendukung berarti bukan saudara lagi!

Persaudaraan yang sudah menjadi nilai dan nafas kehidupan warga negara, diperkosa, dikoyak dan dipaksa untuk mengikuti birahi kekuasaan!

Terjadilah dualisme kepemimpinan di Negara Turate. Siapakah yang membelot dan jadi pengkhianat kalau seperti ini? Bila sudah merasakan 95 tahun harmonisasi persaudaraan.

Ksatria Berjiwa Persaudaran

Ksatria dan para pengikutnya dengan sabar memberitahukan kepada seluruh warga Turate. Bahwa alasan para patih dan senopati itu mengingkari janji nya sendiri. Menodai sumpah nya sendiri. Kenapa?

– Prasasti Serat Nagari Turate adalah hasil kesepakatan bersama. Termasuk para patih dan senopati yang membelot itu dulu menyetujui tata cara pengangkatan Ksaria. Kalau sekarang tidak terima, itu pengkhianatan.

– Perolehan suara itu hanyalah cara mengetahui aspirasi. Menurut Prasasti Serat Negari Turate, keputusan tertinggi memilih Ksatria adalah di tangan Majelis Tetua. Kalau para patih dan senopati yang membelot itu tidak terima, artinya mereka berkhianat.

– Gaya kepemimpinan Ksatria adalah hak istimewa penuh kebijaksanaan untuk keberlangsungan negara Turate. Seharusnya para patih dan senopati tunduk dan percaya pada sang Ksatria. Lha ini kok tidak terima, tersinggung, dan mengecam. Berarti siapa yang berkhianat?

– Ksatria ketika memimpin, disumpah atas nama Tuhan YME. Aset negara adalah milik para warga dan harus dipertanggungjawabkan. Uang-uang yang mengalir ke kas Negara Turate berasal dari uang para warga. Harus ada sistem akunting dan transparansi. Sistem inilah yang tidak bisa dipenuhi oleh para patih dan senopati yang membelot tadi. Makanya mereka berkhianat dengan membentuk kepemimpinan baru, sepertinya agar penggunaan uang negara tidak perlu diaudit dan tidak perlu diketahui oleh warga penduduk negara Turate. Para pengkhianat itu sepertinya ingin warga terus-menerus setor ke negara dan mereka tidak melaporkan penggunaannya. Ini penjajahan warga negara!

Menurut Prasasti Serat Nagari Turate, ibu kota dan pusat pemerintahan tetaplah di Madina. Bukan lah di kota Jukarti atau Yugyakarti. Ksatria adalah simbol negara dan boleh berada dimana saja untuk menyapa warga negara nya. Para patih lah yang menjalankan roda organisasi dari Madina.

Para Patih dan Para Senopati ingin berebut kekuasaan. Mereka lah Sengkuni dalam Negara Turate. Kenapa para warga nya jadi ikut-ikutan terbirahi membela Sengkuni? Memang nya dapat apa dari Sengkuni?

Yuk kita kembali ke nilai-nilai kehidupan yang telah berjalan 95 tahun yaitu nilai-nilai PERSAUDARAAN. Biarkanlah para Sengkuni berulah. Kita harus nya tetap hidup normal “mencangkul sawah” dan tetap bersilaturahim.

Bagikan Yuk
[addtoany]