You’re Just Anybody Without Your Identity

Kita bukanlah apa-apa tanpa identitas yang jelas, seperti misal Anda sebenarnya laki-laki atau perempuan? Pekerjaan utama apa? Status Anda apa?. Begitu lontaran awal Dewi Okinawa dalam sesi kelas Akademi Berbagi Bali (@akberbali) chapter 3, yang terselenggara 25 Februari 2012 di Danes Art Veranda, Denpasar.

Akberbali mengundang Dewi Okinawa untuk berbicara tentang “Brand Yourself” pada kelas ke tiga ini. Sehari-hari, Dewi Okinawa adalah Wakil PU Koran Renon dan Public Relations Manager PT. Pak Oles Tokcer. Yang saya tahu, PT. Pak Oles ini perusahaan produk berbahan herbal yang puluhan tahun sudah berdiri dan brand mereka menanjak dari tahun ke tahun. Jadi mereka punya pengalaman bertahun tahun dalam branding.

Lokasi kegiatan Akberbali ke 3 ini cukup unik. Bertempat di beranda beratapkan langit, lokasinya bernama Danes Art Veranda. Milik Bapak Popo Danes, seorang arsitek terkenal di Bali. Peserta bisa duduk dan lesehan menghadap ke pembicara dan disuguhi pula hamparan rumput hijau. Lokasi yang asri nan eksotis.

Oke, kembali ke topik “Brand Yourself” yang dibawakan oleh Dewi Okinawa. Untuk melakukan branding, kita harus tahu definisi self branding. Self branding adalah mengeluarkan apa yang terbaik dari Anda sehingga dia bisa berperan aktif dalam karir dan menjalani kehidupan.

Membuat brand merupakan proses yang tak pernah tidur. Jika ingin menjadi brand yang kuat, Anda harus memperjuangkannya siang dan malam, yakin terhadap apa yang dipromosikan, Anda tidak bisa berpura-pura, apalagi bohong, karena Anda lah produknya. Jika produknya sendiri bohong, penipu, tidak yakin, sering memberikan janji-janji palsu, bagaimana orang bisa percaya dengan Anda?.

Untuk menjalani branding Anda yang sukses, Anda harus memulai aktif diberbagai klub, komunitas, kelompok, dan organisasi dimana Anda bertemu orang-orang dari berbagai kalangan. Bawalah selalu produk Anda atau brosurnya. Beritahukan kepada semua bahwa Andalah yang ahli dan bisa membantu mereka. Dalam bisnis, konsistensi Anda mempromosikan diri akan berdampak banyak orang akan mengetahui diri Anda.

Dewi Okinawa juga memberikan 10 jurus strategi brand yourself: Jadilah yang pertama, Jadilah pemimpin, Ambil posisi sebagai anti pemimpin, Miliki sebuah atribut, Istimewakan diri dan temukan proses baru, Jadilah pakar, Menjadi tetap yang dipilih, Tetapkan harga tinggi, Gunakan latar belakang istimewa, dan Punya aktivitas sosial.

Untuk brand yourself yang lebih ke identitas visual Anda adalah: Pakaian sebagai suatu kemasan, Miliki ciri khas, Tampil Beda, Menjadi bagian dari kelompok, Gunakan rambut sebagai branding, Konsisten dengan gaya, Ciptakan kehadiran yang kokoh, Profil diri, Tetap relevan dan segar.

Beberapa peserta Akber juga melakukan sharing atas topik ini. Ada Bapak Ismail yang sharing tentang proses branding wirausaha. Berwirausaha yang tahan banting butuh proses lama. Jika anut proses instan maka sama seperti kita makan mi instan yang tidak bertahan lama, bakal lapar lagi. Atau juga analogi tentang mengasuh anak, kita ingin nya anak itu cepat tumbuh besar. Kadangkala kita melupakan diri untuk menikmati lucu-lucunya anak tersebut tumbuh menjadi besar. Begitupula bisnis, kita pun harus merasakan lucu-lucu nya bisnis. Contoh, “eh lucu nya ketika saya tertipu dengan rekan usaha. Eh lucu juga ya uang usaha dibawa kabur oleh marketing saya. Eh lucunya saya tidak dibayar oleh pelanggan, padahal pekerjaan selesai”. Artinya, kelucuan itulah yang membuat kita tahan banting, kuat menghadapi ujian-ujian wirausaha.

Ada juga sharing dari Alfred Pasifico Ginting, chief editor akarumput.com mengenai perubahan tren metodologi analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) terhadap branding. Jaman sekarang, perusahaan-perusahaan besar sudah meninggalkan metodologi SWOT, digantikan dengan SOAR (Strengths, Opportunities, Aspirations and Results). SOAR lebih efektif meningkatkan potensi diri seseorang ataupun perusahaan. SOAR menghilangkan Weakness dalam metodologinya agar sesuatu hal tidak selalu tertuju kepada kelemahan saja. Titik berat Weakness bisa berpotensi perpecahan/konflik antar divisi jika diaplikasikan untuk perusahaan. Di suatu kesempatan lain, kadangkala kelemahan itu bisa dijadikan potensi tertentu yang bisa menjadi ciri khas positif terhadap individu atau sebuah brand usaha.

Wuah, menarik, banyak ilmu!. Dilanjut lagi sharing dari Windy, seorang penulis buku Life Traveler. Windy mengatakan bahwa kehadiran branding adalah akibat dari usaha yang terus menerus dan selalu mengulang (repetisi). Jika kita konsisten untuk selalu mengulang-ulang brand kita, maka kehadirannya akan semakin kuat di mata publik.

Benar adanya. Dewi Okinawa akhirnya menimpali bahwa Branding diri kepada publik adalah pekerjaan yang tak kenal waktu, siapkanlah diri Anda selalu dimana dan kapan saja.

Bagikan Yuk
[addtoany]