Berapa Trilyun Harga Matamu?

Sebuah perenungan dari salah satu aksi di Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Komunitas Bisnis Tangan Diatas (TDA) II 4.0 di Surakarta, 19-21 Januari 2017.

Saya beberapa bulan lalu menjabat sebagai Ketua TDA Bali. Harus ikutan Mukernas dan ajak I Made Sugita, salah satu pengurus dan partner saya di TDA Bali. Berangkatlah kita ke Solo alias Surakarta. Bertemu dengan ratusan pengurus TDA seluruh Indonesia! Lebih dari 50 an pengurus daerah! Keren yak.

Dari rangkaian acara yang nanti dibawah akan saya ceritakan, ada salah satu bagian dari acara yang bisa jadikan momentum kesekian untuk kita semua selalu bersyukur. Ditengah acara, waktunya makan siang. Namun caranya tidak seperti biasa nya. Peserta dibagi separo bagian. Ada yang separo ditutup matanya dan separonya tidak. Mereka yang terbuka matanya disuruh melayani ‘si buta’ untuk makan siang.

Terjadilah baris berbaris rombongan ‘si buta’ berjalan perlahan mendekati area makan siang. Disuruh duduk dan mendapatkan bagian-bagian makan siang. Mulai piring, sendok, nasi, lauk, sambal, minum, tisu dan sampai dituntun kembali ke tempat semula, didalam ruangan pelatihan.

Inilah luapan perasaanku:

Selama 30 menit mata saya tertutup. Terpejam dalam balutan kain. Kami berjalan dituntun untuk makan siang. Masih dengan mata ‘buta’. Awalnya pake sendok namun dalam kepasrahan itu, jemari tangan lah penyelamat makan siang saya. Masa bodo dgn kuman!

Beberapa menit setelah mata tertutup, aku teringat dengan para penyandang tuna netra yang sering mondar-mandir di Jl. Ida Bagus Oka samping Fakultas Ekonomi Unud. Mereka jadi pemijat di jl. Serma untuk bertahan hidup.

Jantung saya berdegub kencang dan rasa memelas itu muncul. Ketika posisi ini saya samakan dengan tukang pijat tuna netra tadi.

Ya Allah, begini rasanya kalau buta itu. Gelab dan tak kan lagi lihat wajah merah merona. Dada saya sesak dan berupaya menahan isak. Sungguh gelab dan seperti pupus harapan ini.

Bersyukurlah wahai kita yang masih diberi mata sehat. Nilai nya sungguh tak terhingga!

Terima kasih Ya Allah. Dan berikan kekuatan dan semangat bagi saudara kami yang telah buta. Mohon juga buka mata hati saudara kami yang terbutakan oleh silaunya harta dan tahta. Amin.

===========

Hahaha keren ya! Semua materi pelatihan kepemimpinan (leadership) bisnis dibawakan oleh Pak Fauzi Rachmanto, Presiden TDA 3.0. Itu terjadi di hari kedua di Mukernas.

Hari pertama lebih banyak perkenalan, pembagian dan rapat komisi untuk membahas program kerja TDA nasional maupun daerah. Malamnya ada pembahasan tentang AD/ART baru yang akan dilaksanakan di beberapa bulan pasca Mukernas 2017.

Ada hal mendasar yang berubah pada TDA yaitu diantaranya:
– Kepengurusan TDA terdiri dari pusat, wilayah dan daerah. Maka nantinya tidak akan ada TDA yang bernama provinsi. Itu nama wilayah. Maka TDA Bali harus diubah menjadi TDA Denpasar hehehe.
– Kepengurusan TDA akan menjadi 3 tahun. Hahaha.
– Ketua TDA daerah dan wilayah tidak boleh merangkap jabatan di organisasi yang sevisi dengan TDA.

Ya oke, mari kita eksekusi! Kenapa saya ikut komunitas TDA ini? Karena visi, misi dan nilai nya sama seperti yang saya lakukan di dunia ini. Pelajari organisasi ini disini.

Ayo share

Bagikan Yuk