Ekpresif, nuarsis dalam bis setiawan
Seperti biasanya, perjalanan balik ke Bali menggunakan bis Setiawan. Yang akhirnya menjadi tidak biasa adalah, kali ini saya ditemani oleh Antok (meneruskan perjalanan dari Magetan) dan dapat tempat duduk paling belakang. Salah saya yang tidak tanya kepada agen tentang ketersediaan tempat duduk. Asal bilang saja, 2 orang ke Bali.
Ketika naik bis itu, akhirnya nyesel kok tidak memilih Gunung Harta saja yang datang duluan dan kelihatan dari luar ada beberapa kursi kosong. Yang terlihat adalah kursi sudah penuh, hanya ada 2 kursi kosong berada nun jauh disana. Di belakang huehuheu. Dan letak kursi itu dibelakang tumpukan barang, di belakang toilet bis. Nggak kebayang deh.
Yah, hidup ini (harus) indah sih, meski dalam mempercantik itu saya melihat kecoak, berada dalam kursi yang sempit, kejepit dengan besek tape, sering terbangun karena guncangan bis melindas lubang-lubang jalan (jalan jalur probolinggo-ketapang mayoritas rusak berlubang), terbelalak melihat terong (ternyata bali import terong dr jawa hahaha), tarik selonjorkan kaki biar pintu toilet bisa terbuka/tertutup-huh, dan jenuh bosan melanda setelah menyeberang. Gak bisa tidur euy. Ya sudah, narsisme itu dimulai. Watch it ….
Read the rest of this entry »