Jalan Kaki Subaya-Denpasar – Sebuah Tindakan untuk Bersyukur
Seorang sahabat dan sudah kuanggap sebagai saudara bernama I Ketut Sidharta, pernah saya tantang dan berikan janji yang bunyinya seperti ini : “Mas Sidhar, jika mas mampu untuk menikah, aku akan jalan kaki dari Subaya ke Denpasar !“. Subaya adalah sebuah desa di utara kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.
Latar belakang janji itu terucap lantaran usia Mas Sidhar sudah tidak hijau lagi. Boleh dikata dia itu bujang lapuk (bocah tua nakal hehehe Pisss). Saya kenal Mas Sidhar karena kita sama-sama pecinta alam yang tergabung dalam komunitas Bali Outbound. Komunitas cair dan dari beragam latar belakang profesi ini sering mengadakan kegiatan penghijauan, bersih-bersih lingkungan, trekking dan camping bersama. Intinya, alam dan hangatnya persaudaraan-lah yang menyatukan kita.
Kembali ke janji, atau orang-orang lain sebut juga sebagai nadzar terpicu untuk memberikan semangat/motivasi kepada Mas Sidhar, sekaligus media saya untuk bersyukur bahwa peristiwa itu (menikah) adalah membawa harmoni baru dalam hidup. Bersyukur bahwa seorang sahabat telah mempunyai tambatan hati untuk arungi bahtera kehidupan yang lebih menantang. Bersyukur bahwa Mas Sidhar akan rasakan hal baru yang bisa bikin ‘merem melek’ puas serta bahagia dalam hangatnya peraduan cinta. Bersyukur bahwa peristiwa itu akan bawa perubahan yang positif bagi umat manusia dan alam sekitarnya. Dan, bersyukur bahwa saya bisa melihat serta merasakan (lagi) secara langsung keindahan alam semesta ciptaanNya dengan jalan kaki.
Read the rest of this entry »