Pak Budi Satria Isman, mantan CEO Coca Cola dan CEO Sari Husada (susu SGM), penggagas gerakan wirausaha nasional Onein20 pernah berkata dalam sebuah seminar wirausaha di Denpasar. Ketika bikin startup bisnis bayangannya akan jadi CEO. Ternyata fakta CEO yang dimaksud adalah Chief Everything Officer. Everything? Iya, semua kegiatan usaha diawal dilakukan sendiri dulu!
Bikin produk sendiri, atau nge-coding sendiri. Nge-design sendiri. Marketing sendiri. Presentasi sendiri. Kirim produk, pake motor sendirian. Nagih, sendirian juga. Pembukuan, boro-boro. Makan aja sering telat, apalagi mandi. Pacar? Mana ada yang mau, lha wong bau dan nggak punya waktu untuk sekedar hangout. Bahkan dalam kasus ekstrim ada yang ditinggal nikah!
Pak Yansen Kamto, CEO Kibar Kreasi Indonesia, penggagas gerakan nasional 1000 startup digital Indonesia, tidak sepakat dengan pola-pola bikin ide startup yang akhirnya diberikan pendanaan (funding) sebagai penghargaan atau imbalan.
Masih menurut Pak Yansen, bikin startup itu goalnya omzet dan profit. Produk dan validasi pasar nya jelas dan ada. Bukannya sebatas business plan trus diberi pendanaan. Maka pola proses dalam gerakan dia adalah di ubah dengan tidak ada penghargaan dan tidak ada pendanaan. Murni startupers harus berjuang sendiri dan selama dalam gerakan akan dapatkan pendampingan yang sifatnya dukungan sistem. Nanti kalau sudah terbukti berjalan, ada omzet, proven, bakal dipertemukan dengan investor. Walau tanpa investor pun startup itu di desain masih bisa hidup dan berkembang.
Kebanyakan orang berfikir, punya startup adalah jadi pengusaha. Bayangannya kalau sudah jadi pengusaha bakal punya banyak waktu luang. Punya banyak uang. Bebas mengatur waktu. Bebas liburan kapan dan dimana saja. Usahanya jalan pengusahanya jalan-jalan.
Kenyataannya?
Bikin startup itu ada yang kerjanya 20 jam per hari. Tidur cuma 4 jam. Bahkan harus begadang supaya kuota produksi tercapai! Libur? Jangan bayangkan bisa berleha. Hampir seluruh waktu adalah mikir usahanya.
Bikin startup itu masih belajar mengelola keuangan. Sang motivator bisnis berkata bahwa harus ada dana untuk produksi, marketing dan menabung. Ketika berhadapan dengan termin pembayaran yang berbulan-bulan dari pelanggan, apakah aturan idealis itu berjalan? Keburu ‘kehabisan darah’ alias operasional kedepan macet.
Bikin startup itu akan kena kegiatan yang tak terduga. Meeting yang awalnya terjadwalkan 2 jam, bisa-bisa molor karena alasan macet, karena pelanggan masih urus tamunya, pelanggan yang kena meeting mendadak dengan anak buahnya. Urus ini dan itu sehingga startupers harus menunggu dan terpaksa ikhlas menerima molor nya waktu. Terkadang harus mau dinomor duakan untuk meeting di malam hari.
Bikin startup itu ya bisa liburan kapanpun dan dimanapun berada namun, masih saja mikir usahanya! Di lokasi liburan telpon sana sini. Diatas boat penyeberangan ke sebuah pulau cantik masihlah terima telpon dari pelanggannya. Bahkan didalam mobil harus buka laptop untuk online perbaiki ini dan itu, kirim email sana sini. Walaupun update status nya berlatar belakang pantai nan eksotis, setelah itu akan toleh laptop disebelah nya. Kerja sambil liburan katanya.
Bikin startup itu bakal sering olah raga jantung dan latihan olah rasa. Harus selalu waspada dari tindakan yang tidak sesuai visi misi usahanya. Karena keterbatasan tenaga dan penguasaan teknis, bisa saja partner atau anak buah bertindak yang tidak pernah di duga sama sekali.
Bikin startup itu bakal banyak godaan ketika berhadapan dengan uang. Godaan untuk belanja yang tidak sesuai fungsinya. Godaan akibat pergaulan dan gaya hidup. Untung sedikit dibawa ke diskotik. Ada uang lebih berlagak bossy didepan teman-temannya. Ada uang nganggur dipake nge-DP mobil. Tawaran kartu kredit berdatangan. Padahal perjalanan masih panjang dan startup butuh pengembangan.
Bikin startup itu bakal dipandang sebelah mata. Baru dapat rejeki dan baru mampu beli motor sederhana aka motor bekas! namun belumlah cukup meyakinkan calon mertua. Masa depan diragukan! Lebih mentereng pinangan dari seorang polisi tamtama daripada seorang startuper. “Witing tresno jalaran soko kulino” (Cinta bakal datang sendiri karena terbiasa). Itu kelit sang mantan yang telah terima pinangan dari seorang polisi! Bakal sering patah cinta! Dalam kasus ekstrim, bakal telat nikah! Masih mau jadi startupers?!
Ayo apalagi coba? Wanita cantik? Pria ganteng? Tahta? Politik? Masihkah mau bikin startup?
Tentunya sintesa diatas terdapat pula antitesa nya. Bisa ditemukan di gerakan-gerakan wirausaha, komunitas wirausaha, mentor bisnis, workshop bisnis, inkubator bisnis dan para coach bisnis. Berguru dari yang sudah berpengalaman.
Hanya orang yang mau berniat saja yang akhirnya punya startup. Dan hanya orang yang kepalang basah, terbiasa terbentur sana sini, yang akhirnya bisa bertahan di dunia usaha. Terkadang pula, hanya orang yang tidak tahu harus berbuat apa lagilah yang akan tetap bertahan punya startup. Mengutip quote alm Bung Sadino, pengusaha itu ibarat berkacamata kuda. Sisi mata kiri dan kanan nya tertutup. Tahunya jalan kedepan, membawa beban dan terus berlari.
Ada yang bilang, ini hanya masalah mentalitas saja. Masuk akal? Jika nggak ya akalnya aja yang belum masuk. Ragu? Kayak nggak punya Tuhan saja :p
=====
Tulisan ini juga viral di Facebook saya.
Bagikan Yuk