Tak kan Ke Luar Negeri Sebelum Injak kan Kaki di Tanah Suci

Aku tidak akan ke luar negeri sebelum injakkan kaki di tanah suci dulu.” Itu prinsip saya menghadapi gurih rayuan tiket-tiket murah ke luar negeri. Ataupun tawaran lainnya yang intinya bepergian ke luar negeri untuk liburan.

Allah SWT MENGABULKAN!, menjawab dengan beri rejeki dan kenikmatan melalui Mr. Fulan, dengan perkataan (bukan pertanyaan), “Mas Hendra, ijinkanlah saya berangkatkan Mas Umrah ke Tanah Suci.” Kalau tidak salah, bisikkan Mr. Fulan itu di bulan April 2018, sambil jalan kaki menuju masjid untuk sholat Dhuhur. Sebelumnya saya tidak punya firasat atau mimpi ajaib dapat permintaan seperti itu.

Kabar ini saya sampaikan ke istri, mertua dan kedua orang tua saya. Anak-anak dan adik-adik saya juga. Semua bilang, “Alhamdulillah diterima saja dan berangkat!” Ya Allah sungguh kenikmatan yang tidak bisa di nalar dengan logika! Terima kasih. Akhirnya saya ada alasan bisa buat passport! hehehe.

Mengapa Saya?

Saya sempat tanya ke Mr. Fulan, mengapa saya? Ternyata beliau punya program tiap tahun harus berangkatkan orang-orang pilihan, menurut kriterianya. Mr. Fulan sendiri sudah Haji dan umroh.

Saya kenal dan sering komunikasi dengan Mr. Fulan ini sejak tahun 2003. Kami tahu sama lain. Mr. Fulan memilih saya dan biayai umrah saya karena kiprah saya di dunia sosial. MasyaAllah. Kenikmatan dari Allah itu tampak begitu besar sekali atas rejeki umrah ini.

Mr. Fulan sempat tanya saya untuk mencari satu teman lagi untuk menemani umrah. Sempat tanya soal istri, namun saya jawab dia sudah pernah umrah. Saya berusaha cari profil teman itu sesuai dengan kriteria yang sama ketika memilih saya. Kiprah kehidupan sosial nya juga tinggi. Hmm akhirnya 10 Oktober 2018 nama Mas Yayak Eka Cahyanto saya setor ke Mr. Fulan.

Memakmurkan Sesama

Mr. Fulan awalnya akan gunakan travel umrah langganannya di Jakarta. Semenjak saya beritahu bahwa ada anggota TDA Bali berwirausaha travel umroh, maka beliau urungkan beli paket umrah di Jakarta. Mr. Fulan memilih Mas Sidik yang punya usaha travel umroh di Bali (Raphita Wisata Bali).

Lagi-lagi saya salut atas keputusan Mr. Fulan untuk menggunakan travel umroh milik teman sendiri. Memakmurkan sesama yang dekat katanya. Mrinding! Hari-hari selanjutnya berurusan dengan Mas Sidik. Mulai dari setor dokumen sudah suntik Meningitis, serahkan Passport, urus koper, seragam umroh, latihan manasik umroh, sampai diantar ke Jakarta! Ya, saya dan grup umroh harus berangkat dari Jakarta.

Mas Yayak yang tadinya mau berangkat bersama, ternyata saya yang tidak bisa. Waktu bentrok dengan jadwal workshop dan urusan bisnis. Sepertinya ada saja halangan. Akhirnya usulan berangkat 11 November 2018 saya tolak. Rupanya halangan ini ada maksudnya. Allah memanggil ibu saya untuk berpulang pada 15 November 2018. Ya Allah, bayangkan jika saya berangkat umrah?

4 Januari 2019 It’s show time!

Pasca ibu berpulang pada 15 November 2018 ke rumah Allah SWT, begitu banyak tantangan dalam menata hati. Semua jadi serba tidak enak. Namun saya harus berangkat umrah atau tawaran itu hangus. Banyak yang menyarankan umrah ini sekalian badal umrah bagi almarhum ibu. Ya, saya akan badal umrah kan ibu.

Saya bersama 23 orang jamaah lain nya berangkat ke Madinah melalui bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Tepat pukul 16.00 WITA hari Jumat 4 Januari 2019 terbang bersama Saudia, maskapai milik Saudi Arabia.

Untuk kesekian kalinya saya naik pesawat badan besar. Namun sayangnya selimut Saudia sangat terbatas. Tidak semua penumpang dapat. Termasuk saya yang kehabisan selimut. Jaket masuk bagasi. Nggak menyangka sih, Saudia bisa kehabisan selimut hehehe. Jadi jaket harus kalian bawa ke kabin ya.

Solusinya, diantara kedinginan itu, ventilasi AC saya tutup. Bantal tipis 30an cm saya jadikan benteng selimut. Perjalanan dari Jakarta membelah langit berlangsung 9 jam 25 menit sampai di Bandara Prince Mohammad bin Abdul Aziz Madinah.

Waktu di Madinah lebih lambat 4 jam dari Jakarta. Rombongan kami sampai pada pukul 22.00 waktu Madinah. Proses imigrasi dan menunggu bagasi kemudian tiba di hotel pukul 23.30.

Memburu Sholat di Raudhah dalam Masjid Nabawi

Saya sudah pegang jadwal Umrah dari pihak travel. Selama 4 hari di Madinah, hanya hari ke 3 saja jadwal nya tour bersama. Selebihnya adalah ibadah mandiri. Artinya, jamaah harus inisiatif beribadah sendiri. Inisiatif aktivitas mandiri. Terserah, mau diam di hotel, belanja, jalan-jalan atau fokus ibadah. Saya pilih mayoritas fokus ibadah.

Mas Sidik, pembimbing umroh saya bilang, “Mas, ketika di Madinah atau Mekkah, pikirkan bahwa ibadah adalah tanggungjawab pribadi. Fokus kepada aktivitas pribadi. Jangan tergantung atau menunggu teman. Kalau teman sekamar tidak mau diajak, Mas Hendra harus berangkat sendiri, fokus ibadah. Rugi jauh-jauh ke tanah suci kalau hanya di kamar hotel saja.

Saya amini dan laksanakan! Setiba di hotel, saya cuma tidur 2 jam saja. Mandi, berpakaian dan pukul 02.30 waktu Madinah turun dari kamar. Teman-teman sekamar lainnya masih tidur dan berangkat belakangan. Saya sekamar berempat dan salah satunya adalah Ustad Abdul Aziz sang Muthawif (leader) umrah. Betapa beruntung nya saya! Nikmat rejeki dari Allah. Saya sering curhat sama beliau dan dapat pencerahan tentang Islam.

Berangkat dini hari untuk memburu sholat di Raudhah. Apa itu? Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Tempat yang di antara rumahku dan mimbarku adalah raudhah (taman) di antara taman-taman surga.” (HR. Bukhari).

Dahulu Raudhah terletak di luar halaman Masjid Nabawi, yaitu di antara rumah Rasulullah SAW dan mighrab atau mimbar di Masjid Nabawi. Kini setelah Masjid Nabawi diperluas, lokasi Raudhah terletak di dalam masjid, dengan ukurannya yang hanya 22 x 15 meter. Lokasi itulah yang menjadi taman surga yang tak pernah sepi oleh jamaah haji dan umroh.

Kawasan Raudhah ditandai dengan karpet berwarna hijau muda yang sangat berbeda dengan warna karpet di ruangan lain di dalam masjid Nabawi. Sebab ruangan lain di dalam masjid Nabawi didominasi dengan karpet yang berwarna merah.

Raudhah selalu menjadi salah satu tempat yang diperebutkan oleh ribuan jamaah haji dan umroh. Lalu mengapa ribuan jamaah tersebut berebut untuk memasuki Raudhah? Rupanya, Raudhah yang bersebelahan dengan makam Rasulullah SAW di dalam kompleks Masjid Nabawi merupakan tempat yang sangat mustajab untuk berdoa. Dengan berdoa di Raudhah, maka doa pun niscaya akan dikabulkan oleh Allah.

Alhamdulillah saya 2 kali dalam 2 hari berbeda bisa bersholat dan bermunajat di Raudhah. Berusaha yang ke 3 kalinya ternyata tidak berhasil, diusir oleh Askar (Tentara Saudi Arabia). Mungkin waktunya tidak tepat yaitu mendekati Sholat Subuh. Bisa saya simpulkan, jika mau sholat di Raudhah, pilihlah waktu sebelum pukul 04.00 waktu Madinah. Berdesakan adalah resikonya. Harus sabar dan berjuang agar bisa sholat di sana.

Yang saya lakukan di Raudhah adalah sholat taubat, hajat dan tahajud. Setelah itu dzikir dan berdoa. Secukupnya dan saya pergi dari situ beri kesempatan jamaah lainnya. Saya sempat lihat ada yang berlama-lama dan baca Al-Qur’an di Raudhah. Itu hak mereka sih namun saya pribadi kurang sepakat. Jamaah dari seluruh dunia tentunya ingin sholat disitu.

Baca selanjutnya, klik halaman 2 – Mencari Arah ke Masjid Nabawi Madinah

Ayo share

Bagikan Yuk