Trunyan – Adat Pemakaman yang Unik

Aku ini sering terdiam dan salah tingkah ketika teman berbicara soal Trunyan. Masa selama kuliah di UNUD dan tinggal di Bali belum pernah kesana. Apa kata dunia ?”. Hehehe. Itulah ucap teman saya Saat Prihartono yang sudah lama meninggalkan Bali untuk bekerja di Jakarta.

kintamanitrunyan

Akhirnya, Saat dan istrinya, Siska sekarang sudah pede bila diajak bicara soal Trunyan. Termasuk cara urusi hal-hal yg menjerumus kearah sial disana hehehe. Yup, Minggu 18 Juli 2010 akhirnya saya dan mereka datang langsung ke kuburan Desa Trunyan. Sebuah desa di bibir Danau Batur, Kintamani, Bali yang masyarakatnya memiliki adat pemakaman unik.

Ada 3 lokasi pemakaman/kuburan bagi masyarakat Trunyan. Lokasi pertama adalah dibawah pohon Taru Menyan, dimana mayat tidak dikubur dalam tanah, melainkan hanya dibungkus kain dan kepala serta wajahnya terlihat di permukaan tanah. Mayat tidak berbau selama proses pembusukan. Diyakini, bau busuk itu diserap oleh pohon besar bernama Taru Menyan. Ya, waktu itu ada mayat yang baru berumur 1 bulan, kulit wajahnya menghitam dan memang tidak berbau.

Kuburan di lokasi pertama diperuntukkan bagi orang yang meninggal wajar (karena sudah tua), dulunya tidak pernah sakit keras ataupun kecelakaan. Sedangkan lokasi lainnya diperuntukkan untuk kuburan anak-anak dan orang yang meninggalnya karena sakit atau kecelakaan.

Ada 2 cara untuk menuju kuburan Desa Trunyan yang unik itu. Cara pertama melalui pelabuhan Desa Kedisan. Pengunjung harus naik perahu mesin untuk menuju kuburan Desa Trunyan dengan waktu tempuh hampir 1 jam 30 menit pulang pergi. Cara kedua harus menuju Desa Trunyan dengan berkendara selama 20 menit. Mulai tahun 2007, sudah dibangun jalan aspal menuju desa tersebut. Membutuhkan waktu 5 menit naik perahu menuju kuburan.

Cara pertama membutuhkan dana Rp. 390.000 untuk 1 perahu mesin dengan kapasitas 7 orang dan sudah termasuk ongkos pemandu wisata. Bila orangnya kurang dari 7, harganya pun turun. Cara kedua, cincai alias negosiasi dengan penduduk sana. Hati-hati dalam bertransaksi. Jika Anda sedang sial, bisa mengelus dada dan tekor banyak.

Selain dana diatas, siapkan juga dana untuk memberi sumbangan di lokasi kuburan. Begitupula dana untuk kasih tips ke masyarakat Trunyan. Bisa limaribu, sepuluh, dan seikhlasnya.

Terima kasih kepada temanku tadi, Saat Prihartono dan Siska yang telah ajak saya untuk merasakan Trunyan untuk yang ke 3 kalinya. Pertama kali ke kuburan Trunyan terjadi pada tahun 1995. Kesempatan kedua adalah di saat hiking bersama teman-teman Bali Outbound Community.

Bagikan Yuk
[addtoany]