Cerita dari Bali Reboisasi Festival 2011 di Lereng Gunung Batur – Kintamani

Tanah itu kelihatan gembur, lalu kucangkul untuk membuat lubang tanam bibit pohon. Namun, semakin dalam cangkulan, kutemukan bebatuan diantaranya. Itulah kondisi tanah di lereng Gunung Batur Kintamani. Tapi, setidaknya tetap berusaha untuk menanami. Mimpi saja tidak cukup untuk mewujudkan lereng gunung yang hijau syahdu di mata, mengutip kicauan dari @antonemus, sang provokateur Bali Blogger Community.

Itu adalah aktivitas Bali Reboisasi Festival 2011 yang dimotori oleh Yayasan Bali Hijau Lestari bersama NPO Asian Green Forest Network – Japan, bekerja sama dengan para komunitas, termasuk Bali Outbound Community dan siswa/i beberapa SMP SMU di Bali. Target tanam adalah 6000 bibit pohon dengan menggerakkan 800an peserta. Berlokasi di lereng Gunung Batur, Kintamani – Bali pada Minggu, 4 Desember 2011.

Kami, Bali Outbound Community datang ke lokasi dalam 2 gelombang. Ada yg hari sabtu sore trus menginap di tenda camping milik Toya Devasya Resort, dan ada yang berangkat minggu subuh. Aku berangkatnya sabtu sore dan bersyukur bisa rasakan suasana malam nan dingin di pinggiran Danau Batur, Kintamani. Tidurnya dalam tenda camping dengan 3 sahabatku, @barrybriantoro, @thelogoreng, dan @NsPurboyo.

Minggu pagi kisaran jam 8, aku berkumpul di Pura Jati beserta ratusan peserta lainnya. Kami sarapan disana, briefing, pembagian lokasi dan mulai bertanam bibit pohon yang sudah disediakan oleh panitia. Ada 3 lokasi tanam, mungkin dalam lingkar radius 10 km persegi. Acara tanam selesai jam 12an siang. Lanjut dengan makan siang, acara game dan ramah tamah. Habis itu bubar jalan.

Harapanku, seusai acara itu langsung ada evaluasi, karena ada beberapa hal yang tidak matching antara perencanaan dan realita di lapangan, sehingga tahun depan bisa diperbaiki lagi. Ya semoga panita mengundang kita kembali untuk evaluasi kegiatan itu, agar tahun depan bisa lebih ciamik.

Selanjutnya aku antar sahabat menikmati mandi air hangat di sebuah kolam yang dikelola oleh masyarakat Desa Toya Bungkah. Lokasinya disamping resort Toya Devasya. Tiket mandi Rp. 50.000, dan jika masuk saja, tanpa mandi kena Rp. 10.000. Ya, lain kali saja mandi nya hehehe.

Sore itu ingin sekali memanjakan diri dengan berkuliner. Gayung bersambut, Anton menjamu kita bersantap ikan mujahir. Menu ini terkenal di daerah Kintamani dan pengolahannya bermacam-macam. Wuenak, nikmat. Thanks Ton!.

Dah, perut terisi dan full. Balik nyetir ke Denpasar. Terhitung 2 kali aku harus menepi, sekedar menggerakkan badan untuk usir kantuk akibat dari full itu dan semilirnya angin sore. Fyuh. Entah seisi mobil lainnya, mungkin juga ketiduran. Tapi memang ada yg tidur, duduk manis disampingku. Tanpa dosa dan polos sekali. Jepret ah … hehehe.

Kisah serupa tentang reboisasi bisa dibaca di web Bali Outbound Community.

[nggallery id=29]

Bagikan Yuk
[addtoany]