ERA DIGITAL: PEMIMPIN BUKANLAH RAJA

Jaman sekarang, sebuah organisasi besar dengan perangkat nya akan alami tantangan baru yang cukup serius dalam hal mengelola arus informasi. Dulu ketika mereka berdiri dan menjalankan roda organisasi, arus informasi itu cukup terselenggara dengan cara berkumpul, musyawarah, mengundang para perwakilan atau pengurus, saling berkunjung, gunakan telpon, pager, sms, fax, surat menyurat ataupun telegraph.

soekarno

Hampir dipastikan arus informasi itu terkendali dan tidak ada intervensi pihak lain terkhusus dari para anggotanya. Bisa dikatakan lagi kebijakan yang dikeluarkan para pimpinan dari pusat sampai daerah terkendali mengarah ke anggotanya. Jikalau terjadi tanggapan atau perbedaan pendapat di tingkatan anggota, itu hanyalah menjadi bahan diskusi yang terjadi dilingkaran akar rumput saja.

Seiring dengan cara berfikir yang semakin baik maka anggota bersangkutan menginginkan manajerial organisasi yang membawa manfaat. Pemimpin yang merakyat, dengan kebijakan program yang membawa manfaat dan kesejahteraan. Sebuah kewajaran jika suara para anggota dapatkan perhatian dari pemimpinnya atau setidaknya didengarkan saja sudah senang.

Cara menyampaikan pendapat pada jaman dulu dan sekarang mengalami perluasan jalur. Dulu hanya bisa berkirim surat ke PO BOX sekian untuk sekedar sampaikan uneg-uneg kepada pimpinan. Jaman sekarang sudah berkembang serba cepat dengan kehadiran media sosial dan aplikasi pengirim pesan (chatting).

Contoh media sosial paling populer adalah Facebook dan Twitter dimana masing-masing intensitas mempunyai profil. Anggota dan pengurus masing-masing punya akun pribadi di media sosial dimana organisasipun standartnya harus punya akun/halaman profil resmi. Ataupun organisasi itu sepakat untuk membentuk grup khusus (private) untuk media arus informasi.

Anggota bisa bebas menulis pendapat yang mengandung kritik dan saran pada organisasi. Cara penyampaian bisa melalui update status di akun nya sendiri dengan atau tanpa menyebutkan sang pemangku organisasi (mention). Dengan kesepakatan tertentu, sebuah organisasi bisa membuat group khusus bagi para anggotanya. Pemimpin, pengurus dan para anggotanya bebas berpendapat berdasarkan aturan atau kesepakatan tertentu.

Bagaimana dengan aplikasi pengirim pesan? Yang populer dapat dipergunakan bersama adalah WhatsApp dan Telegram. Kedua aplikasi itu mampu menciptakan group-group yang digunakan untuk diskusi, akomodasi arus informasi. Aplikasi WA mampu menampung 256 orang dalam satu group sedangkan Telegram mampu menampung 200 orang dan bisa ditingkatkan (upgrade) menjadi 1000 orang.

Apakah masih ada media diskusi lainnya? Ya. Sebelum kehadiran media sosial dan aplikasi pengirim pesan, sudah berkembang mailing list yaitu grup diskusi berbasis email. Penyedia mailing list yang terkenal adalah Yahoogroups dan Googlegroups. Fasilitas mailing list tidak membatasi jumlah penggunanya. Syarat utama agar bisa menggunakan mailing list adalah setiap orang wajib mempunyai email.

Setelah mengetahui dan merasakan manfaat dari aplikasi-aplikasi digital diatas, apa yang bisa kita nilai dari kemudahan teknologi tersebut? Yang jelas akan menimbulkan dampak sosial dan budaya bagi penggunanya. Secara sosial, antara pemimpin dan anggota hampir tidak ada jarak. Kerukunan dan kebersamaan akan senantiasa terjaga. Secara budaya, akan timbul hasil karsa, karya dan rasa yang bersifat membangun peradaban. Anggapan bahwa pimpinan adalah raja akan sirna tergantikan oleh arus baru bahwa pemimpin adalah sahabat dari anggotanya.

Apakah gaya manajemen sumber daya ini hanya berlaku pada organisasi saja? Tentu tidak. Gaya ini bisa berlaku bagi perusahaan dan pemerintahan. Sangat cocok untuk koordinasi para anggota yang tersebar di 17.000 pulau di Indonesia dimana internet ada di ditiap pulaunya!

Bagaimana menurut Anda? Silakan menambahkan 🙂

Oleh Hendra W Saputro (BOC Indonesia)
www.boc.co.id
Sumber gambar: Reka ulang dari Google Image

Bagikan Yuk
[addtoany]