Road Map E-Commerce Indonesia – Berpihak kah Pada Rakyat?

Presiden Jokowi tetapkan Peraturan Presiden no. 74 Tahun 2017 pada agustus lalu tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (Road map e-commerce) tahun 2017 – 2019. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian RI lakukan sosialisasi ke masyarakat. Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) juga ikut terlibat didalamnya.

Untuk Bali, sosialisasi yang dikemas dalam FGD (Forum Discussion Group) berlangsung tadi pagi, Jumat 13 0ktober 2017 di The Haven, Seminyak. Dalam sosialisasi tersebut kementrian mengundang para stakeholder dari pemerintahan, dunia pendidikan, inkubator bisnis, asosiasi dan komunitas. Sayangnya dari pihak industri kreatif cuma beberapa saja, bisa dihitung dengan jari yang diundang. Sebagian besar tidak di undang. Padahal yang banyak bersentuhan dengan e-commerce secara real di lapangan beserta UKM dan IKM adalah pihak industri. Komunitas pun hanya beberapa.

Saya kok bisa hadir? Adalah mewakili Komunitas Startup Digital Bali. Agar pemerintah tahu komunitas yang tidak diundang, pada sesi tanya jawab saya sempat bicara dan sebutkan komunitas yang bersentuhan dengan e-commerce yaitu TDA, Pro Indonesia, Pesantren Digital Indonesia, Gapura Digital Indonesia dan secuil usaha saya 🙂

Road Map E-Commerce untuk Rakyat Indonesia secara garis besar program nya adalah:
1. Pendanaan (Optimalisasi pendanaan untuk UMKM digital dan start-up e-commerce)
2. Perpajakan (Penyederhanaan kewajiban dan persamaan perlakuan pajak)
3. Perlindungan Konsumen (Perlindungan konsumen dan pelaku industri dengan regulasi)
4. Pendidikan dan Sumber Daya Manusia (Edukasi ekosistem e-commerce dan pengambilan kebijakan)
5. Infrastruktur Komunikasi (Peningkatan infrastruktur komunikasi sebagai pondasi e-commerce)
6. Logistik (Peningkatan efisiensi logistik e-commerce dengan Sistem Logistik Nasional)
7. Keamanan Siber (Penguatan sistem keamanan siber untuk meningkatkan keamanan transaksi online)

Pemaparan road map e-commerce dilakukan oleh para deputi dan tenaga ahli dibawah kementrian tersebut. Ada Bu Mira Tayyiba, Pak Dibya Pradana dan Pak Hari Sungkari. Sosialisasi sendiri dibuka oleh Dr. Rudy Salahudin, Deputi Bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing KUKM.

Saya sempat memberikan usulan pada FGD tersebut yang berkaitan dengan peningkatan e-commerce berbasis kerakyatan.

~ Pendanaan. Selama ini pemerintah gencar berikan funding untuk start-up berbasis ekonomi kreatif dalam beragam program dan persyaratan yang komplek. Dari ribuan start-up, yang benar-benar sustain atau berhasil hanya puluhan saja. Sisanya kolaps. Kenapa funding ini tidak memperhatikan UKM dan IKM yang sudah sustain dengan berikan mereka kemudahan. Tanpa harus ikut perlombaan atau syarat yang kompleks agar bisa dapat funding. Mereka sudah sustain dan fungsi funding itu adalah untuk scale up dan naik kelas kan mereka. Selama ini funding bagi UKM/IKM asosiasinya adalah bank dengan beragam persyaratan yang berbelit. Jika pemerintah fokus juga besarkan mereka tanpa berbelit maka potensi volume perdagangan dan ketahanan industri akan semakin meningkat dan bernilai tinggi.

~ Edukasi SDM dan Pendampingan. Selama ini pemerintah banyak berikan program workshop dan inkubasi yang sifatnya seremonial. Acara selesai dalam periode tertentu dan para UKM/IKM dibiarkan sendirian eksekusi keilmuan nya. Parameter Key Performance Indicator (KPI) nya pun tidak jelas. Saya mengusulkan adanya program coaching (pendampingan bisnis) berkonsep One on one business coaching. Seorang business coach mendampingi satu UKM/IKM atau yang telah sustain sebagai start-up dalam periode tertentu. Katakanlah coaching nya selama 2 tahun. Pemerintah perlakukan business coach ini dikontrak dalam periode tersebut. Diberikan worksheet dan pelaporan secara berkala atas kinerja coachee nya. Tentunya ada taliasih/honor untuk coach tersebut sebagai apresiasi atas waktu dan ilmu nya.

Jadi intinya, saya mengajak untuk fokus memperhatikan UKM/IKM yang telah terbukti hasilkan omzet agar mereka semakin scale up. Keberhasilan mereka adalah aset negara untuk menduplikasi kegiatan serupa. Pelaku UKM/IKM yang tadinya di coaching nantinya bisa menjadi coach dan meneruskan program peningkatan ekonomi rakyat Indonesia.

Tadi sempat juga ketemu dengan Pak Nukman Luthfie, senior e-commerce Indonesia yang saat ini menjadi staf ahli di kementrian. Curhat tentang potensi ekonomi Indonesia yang telah diduduki warga negara lain (contohnya China). Bali sebagai destinasi wisata dunia telah mencipta devisa besar. Kunjungan turis asing paling banyak di Bali adalah dari negeri China. Alipay sebagai metode pembayaran ekonomi telah merambah Bali. Beberapa waktu lalu Alipay lakukan workshop untuk para pebisnis di sektor pariwisata. Entah ini workshop resmi atau tidak, yang jelas para pebisnis ditelponin satu persatu untuk menghadiri workshop. Alipay peduli dengan Bali karena turis dari China sudah tidak bawa uang cash untuk belanja. Mereka cuma bawa smartphone saja untuk lakukan pembayaran. Duitnya lari kemana? Ya via Alipay!

Bagikan Yuk
[addtoany]