Apa dan Bagaimana Menyikapi Krisis Ekonomi Dunia

Dari Milis Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Ada beberapa teman yg menanyakan mengenai krisis ekonomi yang sekarang sering jadi breaking news. Dgn pengetahuan yg terbatas, mungkin penjelasan sederhana berikut ini bisa sedikit memberi gambaran.

Kenapa krisis ini bakal dahsyat. Ada beberapa hal yang dianggap sbg pemicu krisis ini.

  1. Krisis di mortgage loan untuk pembiayaan property di US secara sangat berlebihan, ga pakai itungan risiko, dan karenanya jadi sarat dengan financial reengineering. Karena analisis kelayakan kreditnya penuh dgn tipu2 dan punya ga pake itungan risiko yg benar, derivative dr kredit (penerbitan berbagai instrumen pembiayaan hingga asuransi penjaminan) ikutan hancur. Begitu kredit macet, pembeli dan broker derivatif dari kredit busuk ini ikutan kena getahnya semua. Apakah otoritas bursa amrik ga mencium soal ini? Kan udah ada risk management, SOX, dan standar pelaporan lain? Accountant makin banyak yg pinter engineering, sementara engineer makin tertarik dgn accounting. Jadinya, dr hari ke hari financial engineering makin canggih modusnya.
  2. Defisit anggaran Amerika terutama untuk membiayai perang Irak yg ga juga kelar sampe sekarang. Sejak mulai perang, APBN Amrik defisit sekitar US$ sepertiga trilyun per tahun atau sekitar 3x APBN Indonesia. Awalnya Om Bush yakin perang dapat diselesaikan dgn cepat dan pemerintah Irak bentukannya segera membayar lunas biaya perang terutama dr kilang2 minyak. Tapi sekali lagi perang gerilya tetaplah jadi sistem klasik yg sangat efektif. Tentara amrik ga pernah tahu mana kawan, setengah musuh dan musuh yg sebenarnya karena mereka berbaur jadi satu. Golongan shiah yg diharapkan mendukung amrik, ternyata salah prediksi. Ini sama saja dgn bonek persebaya dan bobotoh persib. Kalau tim mereka berhadapan, mereka akan perang. Tapi kalo tim mereka bergabung pake bendera PSSI lawan Malay*** misalnya, mereka akan sama2 teriak “Ganyang Malay***”.
  3. Fluktuasi harga minyak (termasuk substitusi dan komplimennya) yang luar biasa. Risiko dr ekonomi pasar yg terlalu banyak distorsinya, harga minyak jadi lebih banyak ditentukan oleh pasar financial-nya, bukan oleh mekanisme demand-supply dari produsen dan konsumen. Ketidakstabilan ini mengakibatkan pelaku bisnis terlalu banyak melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Contoh sederhana, saat harga minyak menyentuh USD120 per barrel, investasi biofuel dari tanaman jarak dan sawit menjadi feasible. Tapi dgn penurunan harga ke level di bawah USD100, banyak investor yg akan melakukan cut loss dr investasi di sektor riil ini. Dulu harga minyak punya pattern yg cukup konsisten terutama dipengaruhi pola musim. Tapi sekarang, global warming bikin musim kacau, banyak bencana, dan Jakarta makin panas. Sementara kemampuan intermediary mengendalikan harga makin dominant, lebih besar dr kekuatan supply-demand antara produsen dan konsumen. Emang dimana2 ada calo!
  4. Kalau yg batuk ini ‘hanya’ Indonesia, impact-nya hanya akan dirasakan jiran2 kita di Asia. Tapi kapitalisasi amerika yg luar biasa besar mengakibatkan seluruh penjuru dunia ikut kebakaran jenggot.

Pengaruh buat (ekonomi) kita (tergantung tarik ulur antara otoritas fiscal, moneter dan sektor riil).

  1. Golongan menengah kota yg cukup akrab dgn pasar modal akan jadi tumbal pertama dr krisis ini. Pd saat booming, supply hot money dlm jumlah luar biasa besar masuk ke pasar modal kita dan negara Asia lainnya. Krn sekarang mereka juga BU (butuh uang), kemungkinan besar akan ada penarikan dana besar2an dgn segala risiko termasuk jual rugi.
  2. Karena pemodal asing banyak yg (akan) keluar, sementara rupiah hampir ga bisa dipake buat shopping di amrik, permintaan dollar di dlm negeri akan meningkat secara signifikan. Kembali, hukum supply-demand berjalan, dollar akan menguat thd rupiah. Kalo ini kejadian, harga barang2 impor atau punya komponen impor bakal ikut melejit atau perusahaan mengurangi margin dengan sedikit menyubsidi selisih kurs ini.
  3. Dlm jangka pendek, BI bisa melepas sebagian cadangan devisa untuk menolong rupiah. Tapi kalau fluktuasi bertahan cukup lama atau demand-nya terlalu besar, BI akan keluarkan amunisi lain dgn menaikkan tingkat SBI tapi impactnya sektor riil makin seret.
  4. Kalau point 2-3 terjadi, permintaan di dalam dan luar negeri akan turun sehingga fulus perush juga cekak. Pembelian bahan baku dan investasi akan ditunda atau mungkin malah akan melakukan PHK. Yg terakhir ini semoga ga kejadian.
  5. Terakhir pengaruh psikologis. Karena banyak lembaga keuangan besar ternyata benar2 kolaps, fungsi intermediasi lembaga keuangan akan kembali dipertanyakan. Eksportir akan minta pembayaran cash atau minta jaminan bank garansi dll, sehingga jualan akan makin berat. – Pemodal mungkin akan panic sehingga ada kemungkinan rush terutama di sektor pasar modal (reksa dana, saham, obligasi dll). Yah, mendingan rugi daripada making a jelas nasibnya. Begitu kira2. – Dalam kondisi lebih tidak pasti dan likuiditas cekak, spread jual beli bank akan makin besar. Sebagian masyarakat akan menunda konsumsi barang2 sekunder dan tersier (istilah ekonomi jaman sma dulu) dan lebih suka pegang cash atau emas (sekalian buat mejeng). Akibatnya, kembali sektor riil akan terkena imbas.

Bagaimana menyikapinya ?.

  1. Hanya Tuhan yang tahu bagaimana kepastian esok hari. Banyak2 berdoa supaya ga ada bencana, hujan lebih merata supaya petani tetap bisa berproduksi.
  2. Untuk golongan bawah termasuk karyawan kantor yg gajinya relatif pas2an, bisanya ya mau ga mau cuma pasrah, karena mungkin nilai investasi financial yg dipegang relatif kecil.
  3. Untuk golongan menengah yg punya simpanan asset financial, pasti udah lebih tahu dr gw. Tapi intinya, teori klasik investasi masih berlaku, jangan taruh semua uang di 1 keranjang. Kalau udah terlanjur? Lihat kembali asetnya. Kalau underlying-nya ga jelas, sebaiknya cut loss saja. Tapi kalu underlying investasi Anda jelas, fundamental industri dan perusahaannya bagus dan bisa dipercaya, ga ada salahnya tetap tenang dgn bersikap menjadi investor sejati yg mengharap return jangka panjang. Investasi sebagian dalam bentuk logam mulia (emas batangan) atau perhiasan juga cukup bijak.
  4. Untuk golongan atas, yah ini mah udah bener2 lebih jago. Kalau kali ini rugi, ya anggap aja koreksi atas return yg udah dinikmati selama ini. Pesan aja supaya jangan cari selamat sendiri dalam kondisi kayak gini. Kasian gol bawah akan terkena dampak lebih hebat.
  5. Untuk karyawan kantoran, sebaiknya lebih realistis karena tahun depan perusahaan akan kurangi atau bahkan meniadakan pembagian bonus krn profit turun. Kalau s/d Sep’08 ini emang performance bagus, baiknya bagi/cadangkan bonus lebih awal supaya bonus dr performance thn ini ga ikut dikorbankan oleh pemilik perusahaan.
  6. Untuk semua, tetap harus siap2 dgn cara hidup lebih hemat, ‘bike2work’ (artinya baik2 bekerja, syukur kalau beneran ikut goes ke tempat kerja biar lebih sehat dan hemat). Sementara ga usahlah beli barang2 yg kurang perlu.

Oleh : Hadi Sulistia [Milis Ikatan Alumni Fak Ekonomi, Universitas Indonesia]

Bagikan Yuk
[addtoany]