Rasa itu indah menyitir hidupku
Bagai sihir yang tak masuk diakal
Berdiam diri dalam kalbu
Menghentak-hentak penuh gairah
Tapi tetap jauh untuk dimiliki
Rasa itu pernah bersama diwaktu lampau
Begitu sejuk bagai hujan di padang pasir
Tapi, rasa itu begitu cepat meninggalkanku
Akibat desiran angin dan entah menguap tanpa sebab
Begitu lama sang raja waktu berkuasa
Tapi tetap rasa itu bergejolak walaupun hanya riak yang terlihat
Tak disangka dan tak dinyana
Bagai petir disiang bolong
Rasa itu tercium kuat mendatangiku
Bangkitkan indera penciumanku
Yang tlah lama mengendap
Sang rasa pujaan jiwa perlahan-lahan melekat
Bersatu dengan ornamen panca inderaku
Melekat kuat tertutup rapat
Dan hanya aku saja yang bisa membaui
Walaupun angin diluar sana berhembus kencang
Semakin lama bercumbu dengan rasa
Semakin indah hidup ini
Semakin itupula tanpa sadar
Ia lolos menerabas lepas
Membawa serta masuk bau busuk menyengat
Bau yang sebelumnya belum pernah kurasa
kini terjebak abadi dalam panca inderaku
bercampur dengan sang rasa
Kini bercampur sudah bau busuk dan sang rasa
Menyengat, menusuk dan merubah selera
menjadi hal yang serba tidak enak
Beragam gejolak berkecamuk dalam nurani
antara menghanguskan rasa dan bau itu
atau tetap mempertahankannya
dengan resiko merusak panca indera
sepanjang masa …
Bagikan Yuk
1 Comment
Leave A Response
Klo memang udah ga ad keocokan,,, apa mo dikata. ap harus menjadi duri dlm daging ?
Reply