Aku suka sekali dengan Bali. Nyepi adalah salah satu hari yang harus kulewati ketika hidup di Bali. Aku senang melewatinya, dengan keadaan yang sepi, udara bersih, hanya terdengar suara angin, gesekan dedaunan, burung berkicau, kegelapan, nyaman. Tulisan dari kompas dibawah ini berkaitan dengan usaha kongkret dalam memerangi pemanasan global. Nyepi tidak hanya di Bali, tapi di seluruh dunia. Mungkinkah ? Yang terpenting sekarang adalah, sampaikan gagasan ini. Aku setuju !. Di akhir tulisan ini, ada foto-fotoku ketika nyepi bertepatan dengan hari jum’at. Umat Islam tetap berdoa jum’atan dalam hari Nyepi.
Denpasar, Kompas – Masyarakat Bali yang tergabung dalam Kolaborasi Non Government Organization atau NGO Bali untuk keadilan iklim bersepakat melanjutkan kampanye konsep Nyepi sebagai aksi nyata pengurangan emisi gas rumah kaca kepada dunia internasional.
Untuk mempermudah pemahaman masyarakat internasional, diusulkan agar kata “Nyepi” diterjemahkan dengan kata “World Silent Day” meskipun hal itu tidak mengurangi esensi dari pesan yang ingin disampaikan.
Ida Pedanda Sri Begawan Dwija Nawa Sandi, salah satu tokoh spiritual Bali, menyatakan, harus dibedakan Nyepi yang selama ini sudah dilakukan masyarakat Bali dengan World Silent Day yang dikampanyekan.
“Kalau Nyepi dimaknai sebagai aspek spiritual agama Hindu, World Silent Day tidak menyinggung aspek spiritual, tetapi ekologi,” kata Begawan Dwija Nawa Sandi dalam diskusi akhir tahun Kolaborasi NGO Bali di Denpasar, akhir pekan lalu.
Secara teknis pun dua hal ini berbeda meski memiliki tujuan yang sama. Nyepi di Bali dilakukan dengan rangkaian kegiatan seperti catur brata penyepian (empat hal yang tidak boleh dilakukan), World Silent Day tidak akan persis seperti itu.
“Kalau pakai istilah-istilah yang hanya dimengerti oleh masyarakat Bali, kampanye itu akan susah dipahami dan dikhawatirkan akan mendapat tentangan dari kelompok masyarakat ataupun agama lain,” ujarnya.
Waktu itu film tentang Nyepi diputar dalam pembukaan konferensi. Sayang, menurut Hira Jhamtani, salah seorang aktivis dan juga penggagas ide kampanye konsep Nyepi ini, Pemerintah Indonesia terlambat untuk merespons ide pelaksanaan Nyepi ini sebagai usaha mengurangi emisi terkait isu perubahan iklim. Sampai saat ini belum ada sikap resmi Indonesia untuk mengadopsinya.
“Namun, meski tidak diadopsi oleh negara mana pun, asal ada 10 juta orang yang mendukung, kita bisa mendesak agar dibahas. Karena itu, perlu dukungan masif dari masyarakat atau satu negara,” kata Hira.
Aksi konkret
Ni Nyoman Sri Widhiyanti, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali, mengatakan, Nyepi di Bali secara nyata telah ikut mengurangi pembuangan emisi gas rumah kaca.
Jumlah sepeda motor di Bali diperkirakan mencapai satu juta unit. Jika diasumsikan satu unit sepeda motor mengonsumsi 4 liter bensin sehari, total bensin yang dikeluarkan 4 juta liter per hari bagi seluruh sepeda motor. Sementara itu, konsumsi bahan bakar avtur dari minimal 80 pesawat yang beroperasi di Bandara Ngurah Rai per hari mencapai 1.600 kiloliter.
“Penggunaan bahan bakar itu berkurang selama Nyepi,” ujar Sri Widhiyanti.
Dalam rangka menggalang dukungan itu telah dibuat website dengan alamat www.worldsilentday.org.
Arief Budiman, praktisi periklanan di Bali yang menggagas website itu, mengatakan, website ini pada dasarnya merupakan usaha besar untuk mewujudkan ide besar. Website ini sebagai bagian dari kampanye global internasionalisasi Nyepi.
Sumber : Kompas
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0712/31/humaniora/4113409.htm
Foto-Foto Nyepi tahun 2005
Suasana yang berhasil kufoto di Jl PB Sudirman, selatannya SMA 2.
Jalan menuju ke Pasar Sanglah
Jalan Diponegoro, selatannya ALFA.
Sedikit gaya boleh lah, background belakang adalah Jl Raya Sesetan.
Well NYEPI itu nyanyian HARMONI dari BUMI.
Bagikan Yuk