KU DE TA – Nongkrong menikmati Sunset di Bali

KU DE TA. Sebuah nama yang tidak asing bagi komunitas pergerakan dalam dunia per-Politik-an. Menurut Wikipedia, arti Kudeta (dari bahasa Perancis: coup d’état, pukulan terhadap negara) adalah sebuah “penggulingan kekuasaan” atau “penggambilalihan kekuasaan” secara paksa, biasanya secara keras oleh golongan tertentu dalam sebuah negara – selalunya berasal dari militer (tentara) daripada sipil.

KU DE TA

Nama Kudeta tersebut menjadi kontradiktif ketika saya memasuki sebuah restoran di kawasan Jl. Laksamana, Seminyak, Bali. Nama restoran itu ya KU DE TA. Sebuah restoran mewah dipinggir pantai Seminyak (masih satu garis lurus dari pantai Kuta – Bali) yang asik untuk nongkrong menikmati suasana bule, hedonisme, pantai, dan sunset.

Restoran ini bukanlah tempat favorit saya untuk nongkrong, tapi berhubung dikasih pilihan tempat meeting oleh pelanggan, ya ho oh saja. Sebelumnya, pelanggan kasih 2 pilihan, OBC (Ocean Beach Club) atau KU DE TA, saya pun pilih KU DE TA berhubung sebelumnya sudah pernah meeting di OBC. Sayang, belum bisa menulis tentang OBC, sebuah restoran besar di pinggir jalan pantai Kuta. Padahal asik juga disana.

Mulai jam 4.30 sore, kita asik diskusi tentang website nya sambil nyeruput jus mangga, lebih sehat daripada wine yang diseruput oleh pelanggan hehehe. Diantara waktu 2 jam diskusi, saya sempatkan potret-potret dan amati lagi situasi didalam KU DE TA. Tempat nya nyaman, ramai oleh bule, kursinya sofa dan meja dibuat berjejer dalam ruangan semi terbuka, sehingga hembusan angin pantai bebas menampar kulit. Musik nya campuran beraliran blues, house music inspiration moment, pop, classic dan hiphop berdentum tidak terlalu keras. Jadi diskusi jadi enak tanpa gangguan suara ramai, beda dengan OBC. Jika pengunjung ingin jalan-jalan, bisa langsung jump ke pasir pantai di depannya.

Sunset di KU DE TA Sunset di KU DE TA

Terlihat berbagai ras manusia ada disana, termasuk 1 ras ndeso, ya saya. Mayoritas sih bule. Dan akhirnya sunset itu datang, tanpa menyiakan momen yang ada, jepret-jepret sana-sini. Setelah puas, sayapun pamitan undur diri ke pelanggan, tapi akhirnya lagi-lagi tidak bisa menolak ajakan selanjutnya, yaitu dinner. Dasar ndeso, ya menganguk saja tanda sepakat 100%. Akhirnya saya disodorin menu, tapi pelanggan tadi cerita soal Sushi masakan Jepang dan keluarga itu berencana untuk memesan satu paket Sushi agar bisa dibantai bersama-sama. Dia menanyakan kepada saya, apakah suka dengan Sushi, dan lagi-lagi ndeso itu muncul. Ho oh sir … La wong mereka dah merencanakan mo makan Sushi, klo saya pesan pecel lele kan lucu. Tapi pecel lele beneran tidak tersedia di KU DE TA sana. :bentur:

Dinner di KU DE TABiasanya sehabis makan, saya selalu suka seruput es teh atau teh hangat. Nikmat. Tapi kali ini, saya lagi-lagi tidak berkutik untuk menerima kucuran minuman spesial dari dia. Sebelum mengucurkan wine, dia semangat sekali cerita soal asal-usul wine yang dipesannya itu. Imported from Tasmania, Australia, bla bla bla. Duh, mo pesan jus semangka urung. Ya deh sir … dasar mental hedonis :party:

Tapi lagi-lagi, ini soal kebiasaan saja sih. Karena belum terbiasa dengan hal diatas, jadi rasanya aneh dan saya paksa-paksakan saja untuk masuk ke liang mulut,  sehingga perut ini rasanya semakin membesar saja dan … kepala terasa pening puyeng-puyeng enak … ketawa ketiwi … Halaaaaah. Merinding disko, Ndesonya kumat.

Bagikan Yuk
[addtoany]