Medio 1997 – 2000 saya sempat aktif di organisasi eksternal kampus, PMII namanya, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Denpasar. Tahu PMII ini karena diajak Reza Hendrawan sahabat sesama perantauan di Bali asal Mojokerto.
Banyak hal yang saya dapatkan di organisasi mahasiswa ini. Saya jadi kutu buku, membaca buku-buku non akademis yang mengarah kepada politik, keberagaman agama, filsafat, dll. Mau tak mau harus baca buku untuk amunisi diskusi berkala di rumah PMII, sebutan sekretariat PMII.
Ketua PMII Denpasar kala itu dijabat oleh mahasiswa senior nan abadi hehehe bang Asep Kurniawan. Mahasiswa fakultas MIPA yang entah kapan masuk dan lulus nya. Misterius. Namun dia adalah sosok inspirasi bagi saya. Pintar dan cerdas klo ngomong. Sorot matanya tajam. Selalu pake baju hem kotak-kotak.
Dibawah kepemimpinan Bang Asep, anggota PMII waktu itu harus mampu bicara didepan forum. Harus mampu membuat tulisan karena tiap bulan terbit buletin PMII Denpasar. Harus mampu buat proposal kegiatan, mempimpin kepanitiaan, dan berpartisipasi aktif dalam isu-isu sosial, politik, dan keagamaan.
Kegiatan yang mampu saya rekam diantaranya ikut mendukung pluralitas beragama dengan aktif mengikuti acara forum komunikasi anak bangsa cinta kemanusiaan, FORPANCA. Kurang lebih itulah singkatannya. Kami PMII bikin acara bersama elemen organisasi mahasiswa lintas agama seperti KMHDI (Hindu), Asram Gandi, PMKRI dan KMK (Kristen), GMKI, HMI, dll sebagai penangkal radikalisme perang antar agama yang tengah berlangsung di Ambon dan Poso.
Kami di FORPANCA bikin dialog dan diskusi antar agama, tampilkan kesenian sesuai tradisi agamanya masing-masing. PMII kala itu perform hadrah dan kosidahan.
Kader PMII pun terlibat di proyek-proyek sosial bersama LBH Bali, menjadi detektif mendampingi korban-korban pedofilia. Terlibat mengawal PEMILU reformasi menjadi pengawas pemilu. Ikut memuluskan jalan nya eksodus besar-besaran warga Timor Leste yang waktu itu negaranya merdeka. Kami mengawal bus-bus eksodus dari seminari Dalung ke Bandara Ngurah Rai.
Politik? Demo! Menurunkan Presiden ke 2 Republik Indonesia Bapak Soeharto. Maafkan saya Pak hehehe. Dan demo-demo lainnya yang terkait dengan kebijakan publik nasional dan daerah. Juga ada advokasi untuk masyarakat yang terintimidasi oleh kebijakan politik dan sosial.
Kegiatan berbasis Islam pun banyak, diskusi, pengajian, dan … lupa karena banyak hehehe.
Apa yang saya dapat menjadi aktivis PMII? Jaringan, pertemanan se Indonesia. Mempertajam kemampuan menulis, sebagai wadah latihan berbicara didepan forum orang banyak. Sukseskan acara penjadi ketua panitia ini dan itu. Jadi tahu birokrasi di pemerintahan. Latihan bekerja dalam team. Jadi tahu rasanya demonstrasi mahasiswa.
Selepas tahun 2000, saya dan sabahat PMII seangkatan sudah melepaskan diri dari dunia aktivis mahasiswa. Kami tenggelam dalam aktivitas profesi. Mulai mikir kerja dan harus dapat uang. Saya waktu itu menjadi penjaga internet cafe dan menekuni dunia pemrograman internet. Akhirnya menjadi perusahaan BOC Indonesia.
Silih berganti kepengurusan cabang PMII Denpasar kadangkala silaturahmi ke kantor saya. Sekedar sambung romantisme sejarah hingga sodorin proposal hehehe.
Kini, mulai Mei 2022, saya ditodong adik-adik pengurus PMII Cabang Denpasar untuk menjadi pembina mereka dan duduk sebagai MABINCAB, Majelis Pembina Cabang. Oke saya bersedia asal jangan dijadikan ketuanya. Saya harus berbagi peran dengan organisasi lain soalnya.
Bismillah semoga dimampukan oleh Allah SWT.
Ada satu project ketika menjadi MABINCAB ini, menciptakan portal jurnalisme mahasiswa di website pergerakanmahasiswa.com. Tujuannya biar aktivis mahasiswa se Indonesia bisa menulis buah pikirnya untuk Indonesia. Semoga terwujud ya.
Bagikan Yuk