Mahasiswa Produktif Saksikan Anak Daftar Ojek Online dan Berdagang

Anak saya 3. Nomor satu putri, Dhea Annisa Maryam Nabta Mursalim (Dhea) saat ini sedang kuliah di Teknik Arsitektur Universitas Udayana. Nomor dua putri, Adellia Angesti Maryam Nabta Mursalim (Adel) kuliah di Insurance Management Lignan University Hongkong. Si bungsu laki, Sang Wisnaya Altaf Athaya Saputro (Altaf) masih kelas 6 di Sekolah Dasar Pelita Bangsa Denpasar.

Hendra Adel Dhea Altaf

Jiwa mandiri dan berdagang sudah nampak di kedua putri saya semenjak sekolah menengah atas hingga berkuliah. Jaman sekarang di abad 21 beragam peluang mendatangkan uang bisa mudah didapat. Salah satu pemicunya adalah teknologi internet dan perangkat pendukungnya.

Perangkat bisa dari hardware hingga aplikasinya. Dari smartphone yang didalamnya ada program aplikasi yang dipergunakan untuk beragam kepentingan. Bisa untuk hiburan atau bisa untuk hasilkan cuan.

Nih saya tunjukkan potensinya di dunia internet untuk Indonesia dulu ya. Penduduk Indonesia 277 juta dan yang menggunakan internet sudah 204 juta. Beragam penggunaannya untuk hiburan, pendidikan, hingga dagang/bisnis. Ini jelas pasar potensial. Tinggal kita memanfaatkan untuk mendulang cuan.

Pengguna Internet di Indonesia 2022

Anak Dapat Cuan Manfaatkan Internet

Dhea semasa kuliah di medio 2017 – 2019 memanfaatkan waktu luang nya untuk berdagang sewakan floaties dan daftar ojek online. Awalinya menggunakan media aplikasi Instagram @floatiesbali dan jelasnya aplikasi ojek online. Saling terkait satu sama lain.

Floaties Bali

Bila ada yang sewa floaties, Dhea memberikan free delivery sekaligus pemasangannya. Selepas itu Dhea aktifkan aplikasi ojek online, sekalian berada dijalanan sambil pulang. Itu kaitannya.

Banyak cerita lucu ketika menerima trip ojek. Pelanggan tidak mengira yang jadi driver adalah cewek dan kurus ceking hehehe. Banyak pelanggan pria yang tidak tega dan ambil alih kemudi hihihi.

Tentang floaties, kenapa banyak pelanggan yang mau order ke Dhea? Karena dalam berdagang harus ada pemicu untuk menarik minat agar orang mau beli. Ini sudah sesuai berdasar survei pelanggan. Sebuah produk itu akan dipilih oleh pelanggan bila ada fasilitas yang menjawab permasalahan mereka. Lihat dibawah ini daftar pemicunya kenapa pelanggan akan memilih Anda? Pemicu pertama adalah adanya tawaran free delivery!

Pemicu pembelian produk

Alhamdulillah dengan memanfaatkan teknologi internet sebagai media pemasaran, Dhea mendapatkan cuan. Lumayan buat tabungan dan beli-beli barang yang dia inginkan.

Bagaimana dengan Adel? Semasa dia bersekolah SMA di JB School, juga mengikuti jejak kakaknya. Dagang gunakan Instagram di @chainzz.id jualan asesoris seperti anting, kalung, gelang, cincin untuk para remaja.

Adel punya supplier asesoris itu dan foto-foto sendiri produknya. Kemudian diupload ke IG. Ditunjukkan ke teman-temannya di sekolah. Maka ada beberapa yang nyantol untuk membeli. Ya lingkaran paling dekat dulu diberitahu barang dagangan kita. Rata-rata pembeli pertama adalah konsumen yang didekat kita. Klo nggak keluarga ya teman.

Selain itu teknik algoritma Instagram dipelajarinya. Melalui hashtag banyak juga pengguna IG lainnya mampir ke profile nya. Terjadi pula transaksi. Bahkan ada yang beli dari luar Bali dan luar negeri juga.

Ketika sudah kuliah di Hongkong, IG itu ditutup untuk sementara agar tidak kehilangan follower. Adel mau fokus kuliah.

Adel ini tipe anak yang tidak mau diam. Penah sewaktu sekolah tawarkan jasa titip beli makan siang (lunch) Ayam Betutu Bu Ferdy. Awalnya Adel beli untuk dirinya sendiri namun pas makan siang bersama, temannya jadi kepengen rasakan juga. Akhirnya titip beli. Kadang sehari ada yang 5 temannya titip, ada 10. Adel ambil margin Rp. 5000 per bungkus. Lumayan buat uang jajan hehehe.

Ketika kuliah di Hongkong pun tidak tahan ketika hadapi hari off kuliah. Jadwal kuliahnya cuma 4 hari sedangkan 3 harinya lowong. Maka dia manfaatkan untuk apply kerja part time di restoran Pizza dan Restoran Malaysia. Gajinya lumayan dikumpulkan untuk beli tiket pesawat Hongkong – Bali PP.

Saya cuma bertanya ke Adel, “Apakah tidak ganggu kuliahnya? Are you enjoy or not?” Jawaban Adel bisa kelola waktu dan enjoy. IPK nya pun harus diatas standart rata-rata. Itu permintaan saya.

Kegiatan mereka selama sekolah dan kuliah sering saya ceritakan kepada siswa dan mahasiswa yang berkunjung ke kantor saya di BOC Indonesia. Aktivitas jaman saya jadi mahasiswa sudah beda dengan jaman sekarang.

Jaman saya dulu tahun 1996 – 2000 sangat kaya isu-isu politik dan sosial keagamaan. Hingga turun ke jalan untuk menurunkan Pak Harto dan mengawal keutuhan NKRI dari diintegrasi bangsa akibat konflik agama di Poso dan Ambon.

Jaman 2015 hingga sekarang negara sudah aman. Geliat industrialisasinya sangat terasa. Maka mahasiswa jaman sekarang mau jadi penonton saja atau berikan konten tontonan? Mau jadi konsumen konten atau mau jadi produsen konten?

Hidup Mahasiswa!

Bagikan Yuk
[addtoany]