Mau Bisnis tapi Nggak Mau Capek. Mungkinkah?

Rumput tetangga lebih hijau. Itu istilah orang yang punya rasa iri, membandingkan miliknya dengan milik teman. Membandingkan pekerjaannya dengan pekerjaan orang lain.

Sepertinya membanding-bandingkan itu alamiah ya? Jika tujuannya untuk ScaleUp kehidupan, it’s OK. Namun jika tujuannya untuk meratapi nasib, ini yang negatif. Sebaiknya, tujuan membandingkan itu untuk evaluasi ya. Agar tercipta energi terbarukan bagi jiwa dan raga untuk menggapai cita-cita yang lebih tinggi lagi.

Berikut obrolan ringan tentang suka banding-membandingkan itu:

“Ah, kerja nya Mas Hendra kan berada seharian di kantor. Saya lho harus angkat-angkat, keluar kirim barang ke pelanggan di Canggu, Jimbaran, bahkan Tabanan sana. Capek lho Mas!”, kata teman saya bandingkan pekerjaan.

Saya pun mencoba beradu argumen, “Lho, meski di kantor, saya juga kirim-kirim lho. Memperbaiki barang pelanggan yang beli di saya. Klo kamu paling jauh di Tabanan, saya bisa handle pelanggan dari Solo, Samarinda, bahkan Jayapura sana. Ada pula pelanggan dari Aceh!”.

Teman saya masih berusaha cari celah. “Tapi Mas kan cuma duduk-duduk saja! Didepan laptop”. Supaya dia senang terlihat lebih sengsara, saya gini kan, “Hey, sejatinya di depan laptop itu sambilan saja kok. Sambil cek rekening, sambil belanja-belanja online. Kerjaan saya aslinya mah menunggu waktu sholat, dhuha, dhuhur dan ashar”. Krik..krik..krik.

Sahabat saya yang budiman (MT mode=ON). Yang namanya kerja, apapun itu rupanya, pasti capek! Ngemis aja capek lho. Seharian di lampu merah, terik matahari menyengat kulit, pertahankan hati agar selalu ikhlas dari tatapan sinis, hadapi rumor hina dina. Itu menguras energi! Pasti nggak mau seperti pengemis to? Ternyata lebih berat!

Marilah bersyukur dan melakukan kewajiban hakiki sebagai umatNya.

Jika hati merasa lelah, ingatlah kerjaan bapak-bapak ini yang saya rekam pagi ini.

Bagikan Yuk
[addtoany]