Melayani Generasi Bangsa (Bagian 2)

Maka jangan kaget jika suatu saat SDA kita dikuasai (lagi) oleh negara lain. Dengan sistem ‘penjajahan’ model baru yaitu perekonomian. Bahkan masyarakat Indonesia akan jadi pasar mereka. SDA dihisap, kita terpaksa beli ke mereka. Jadi pasar mereka pula. Devisa bangsa lari ke luar negeri!

Melayani Generasi Bangsa

Saya sedih mengetahui beras yg di beli mahasiswa magang di BOC Indonesia tidak made in Bali. Beras Ratu Ayu made in Banyuwangi – Jawa Timur, produced by UD. Sumber Makmur.

Saya tidak bermaksud fanatis kedaerahan namun ini fakta kecil pemicu SDA dan potensi pasar suatu daerah bakal diduduki oleh pihak lain. Bahkan bakal masif terduduki negara lain.

Pagi ini saya gemes dan cari tahu beras-beras yg dijual di salah satu retail modern di Jl. Hayam Wuruk, Denpasar. Ternyata pasar beras sudah diduduki oleh beras MakNyuss dan beras Ayam Jago, dua merk milik PT. Sukses Abadi Karya Inti dari Sragen – Jawa Tengah. What’s wrong with Tabanan? Gianyar? Singaraja?. Duh sedih saya.

Potensi SDA lain pun dimanfaatkan oleh saudara kita dari negara lain. Nggak usah lah omong Freeport. Asinan mentimun bahan baku burger, kebab dan kuliner kesukaan kaum menengah keatas pun diproduksi saudara kita dari Turki dan Kanada. Dijual di Bali lho. Bahkan sudah export. Itu pake mentimun bedugul!

Blum lagi mente Karangasem, garam Amed. Produk itu dipacking dan di branding bagus oleh LSM luar negeri kemudian di export dgn harga mahal.

Generasi bangsa ini terlena dgn kemilau semu perkotaan. SDA di desa-desa tanpa sadar di keruk oleh negara lain menjadi bisnis modern.

Saya pun akhirnya maklum karena pendidikan wirausaha utk mahasiswa, yg sejatinya akan memunculkan insting bisnis, cuma diajarkan sekali dalam 4 tahun kuliah. Cuma 2 SKS di semester 2. Sisa ratusan SKS lainnya untuk pendidikan teknis yg berfokus pada penciptaan tenaga ahli.

Kampus-kampus mentereng pun semuanya di kota-kota besar. Tidak ada cerita nya kampus itu di desa-desa. [Bersambung].

Bagikan Yuk
[addtoany]