Obrolan Makan Siang dengan GM Hotel di Tanjung Benoa

Siang tadi hujan deras dan lama mengguyur Tanjung Benoa. Seorang GM hotel yang berada di teluk Tanjung Benoa berada satu meja denganku, tampak tidak tenang dengan angin dan pekat nya hujan. Segaris jalan tol Bali Mandara yang biasanya tampak, sekarang menghilang. Teluk Tanjung Benoa didepannya nampak putih pekat oleh derasnya hujan.

peninsula

Sambil makan siang, GM asal Italia yang sudah sejak tahun 1997 di Bali itu kutanya “Apakah kamu dengar isu reklamasi itu?”. Pak FR sang GM memandang jauh kedepan dan bilang tahu. Mereka melakukannya demi uang. Mereka tidak perduli dengan lingkungan dan tidak memahami Bali 10 atau 20 tahun kedepan.

“Hendra, kamu tahu bahwa hotel-hotel di Bali Selatan ini sedang kesulitan okupansi. Rata-rata okupansi hotel sudah dibawah 50%. Bali kelebihan kamar dan yang keterlaluan adalah mereka terus menerus membangun hotel baru. Di sebelah hotel ini sedang ada pembangunan apartemen baru milik keluarga Soeharto. Bakal ada 900 apartemen! Gila”.

Masih menurut GM itu, prediksi kedepan, dunia pariwisata Bali Selatan bakal blunder. Pertumbuhan mobil dan motor tidak sebanding dengan jalanan yang ada. Dimana-mana macet dan membuat ongkos transportasi jadi mahal. Turis saja kalau mau ke Sanur harus naik taksi. Minimum mereka akan keluar duit Rp. 50.000 dan itu tetaplah mahal.

Jika Bali ingin bagus pariwisatanya, GM itu menyarankan untuk stop bangun-bangun hotel. Moratorium hotel. Bangun transportasi masal semisal subway ataupun bus-bus murah ke segala jurusan untuk semua pihak, baik itu untuk masyarakat dan untuk wisatawan. Lihat di Thailand, Singapore atau Eropa, banyak sekali transportasi umum dan murah.

Jika mereka jadi reklamasi maka hotel ini akan punya pemandangan yang jelek sekali. Didepan hotel ini akan terlihat bangunan-bangunan kaku dan bakal kebanjiran jika hujan lebat seperti ini terjadi. Aku nggak habis pikir dan aku takut membayangkannya. Ucap GM itu. ~ Bali Tolak Reklamasi

Ayo share

Bagikan Yuk