Pembunuh Karakter itu bernama Rangking!

Akibat dihantam Banderek Aceh nya Adhitya Kurniawan Santoso, semalam nggak bisa tidur dan hasilnya menggerutui masa lalu. Sepertinya bandrek itu bikin otak pemberontak hahaha.

Saya sekolah di SD selalu rangking 1. Selama SMP, rangking tengah-tengah. Trus SMA selalu rangking 2. Dari belakang! Dengan jumlah siswa 40an hahaha! Wedus tenan! Mungkin SMP dan SMA berada di sekolah kota dan favorit, jadi persaingannya tinggi. #ngeles #aslinyayabodoh :p

Tapi, kalian ingat kan? Klo rapotan pasti ada kolom rangking disana.

Ingatkah apa yang terjadi pasca ambil rapot? Bagaimana ekspresi dan raut muka para siswanya? Ada yang teriak girang dan ada yg menangis. Ada pula yang tertunduk lesu, duduk dipojok sambil ogok-ogok thok! :p Meratapi nasib.

Polah orang tua? Kasak kusuk, rasan-rasan alias omongin orang. Yang paling parah adalah menghakimi anak. “Kamu tuh goblok kok dipelihara. Goblok kok di mes (dipupuk). Mental tempe! Lihat si anu tuh, nilainya bagus, rangking satu!”. Dalam hati si anak, “Nilai boleh bagus, tapi anuku lebih besar drpd anu dia”.

Bagi anak yg punya jiwa begundal, akan jadi angin lalu. Lha bagi anak yang perasa? Mampus dia. Hatinya terluka.

Rangking akhirnya jadi pembunuh karakter generasi muda!

Rangking udah jelek, ingin kuliah IT. Eh ditolak oleh Universitas Brawijaya. PTN idamanku. Gara-garanya tidak lulus ujian. Yang nilainya bagus lah yang diterima disitu.

Yang tidak lulus yang harus ‘terbuang’ ke perguruan tinggi swasta. Untung Universitas Udayana begitu baik menampung saya. Salut! #curcol :p

Artinya apa? Sistem pendidikan kita ini kelompok kan si pintar dan si bodoh!

Keinginan, hasrat, impian generasi muda bangsa nya di FILTER berdasarkan …. hmm lagi-lagi rangking!

Kalau jaman sekarang, sistem pendidikan difilter berdasarkan duit. Siapa bisa sumbang duit banyak, maka lolos kuliah di PTN sesukanya. Apapun itu impianmu, Wani Piro? 😀

You bisa kita loloskan ke Fakultas Kedokteran, tapi sumbangan pendidikannya minimal segini hihihi. Ini katanya lho yaaaa dan katanya jadi rahasia umum.

Ini kemajuan sih. Tapi harus kaya raya dulu supaya bisa masuk sesukanya. Fyuh. Akhirnya tercipta jargon baru: Pendidikan berkualitas hanya milik si kaya. Yang miskin? Kerja sambil kuliah. Itupun di universitas ecek-ecek :p

Oke balik ke topik.

Kalian tahu nggak, sebuah profesi, atau bisnis, hasilnya akan dahsyad jika dilatarbelakangi kesukaan. Keinginan dan hasrat yang menggebu.

Lha saya menggelinjang nya ingin kuliah IT, tapi kondisi ekonomi dan sistem pendidikan menggiringkan saya ke teknologi pertanian.

Ada yang protes, “Kenapa mas Hendra tidak kuliah di PT Swasta saja? supaya sesuai impian IT”. Jawaban saya: “Duwite mbahmu po?” alias “Uang nya kakekmu ya?”. Orang tua saya PNS (PPL Pertanian dan Guru SD), golongan III. Anaknya 4. PTS jaman tahun 1996 an muahal-mahal. Ancaman Bapak adalah: “Klo kamu nggak diterima di Negeri, lebih baik angon wedus saja!”. Disuruh mengasuh kambing. Enak aja, emangnya kambing sitter :p

Setelah lepas kuliah, pada akhirnya apa? Bisnis saya akhirnya di IT bernama BOC Indonesia. Team saya lulusan IT handal. Alhamdulillah.

Coba klo saya difasilitasi negara untuk tidak difilter. Dipersilahkan milih sesuka nya. Jurusan sesuka nya. Universitas sesuka nya. Dan ini berlaku bagi generasi bangsa yang punya impian, difasilitasi negara. Dituruti negara. Hasilnya? Meminjam istilah nya Presiden TDA 4.0 Mustofa Romdloni Std, Mbahnya Dahsyad!

Mungkin saya jadi Bill Gate nya Indonesia #eaaa #eaaaaa

Akhirnya sekarang, untuk menyembuhkan diri dari traumatic rangking adalah: Berusaha berfikir positif dan berusaha jadi manusia yang punya manfaat bagi peradaban. #tsah!

Terima kasih rangking! Andaikan kamu tidak tersebut dalam rapot. Andaikan rapot itu isinya nilai saja. Biarkan nilai itu jadi ranah pribadi. Yang tahu hanya guru, orang tua dan siswa nya sendiri. Serta yang berkepentingan nanti semisal untuk melamar kerja. Mungkin juga untuk melamar pacar #ea

Rangking! Kamu bakal kuingat sebagai entitas pembunuh karakter nomor wahid! :p

Colek yang sedang sarapan pagi Presiden Joko Widodo. Hi Pak! hehehe

Bagikan Yuk
[addtoany]