Selamatkan Hutan Dasong, Bali dari Eksploitasi Industri Pariwisata

Para kawanku dari organisasi dan komunitas, Walhi Bali, Bali Outbound Community dan Frontier kembali dibuat berang oleh ulah PT. Nusa Bali Abadi (PT. NBA). Mereka harus berjuang dan berbuat sesuatu lagi ketika PT. NBA kembali memohon 100 hektar dalam kawasan Hutan Dasong untuk rencana proyek pembangunan villa.

Perlu diketahui, PT. NBA adalah investor yang berupaya akan membangun villa/akomodasi pariwisata di kawasan Hutan Dasong. Di sekitar hutan itu terdapat Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Kawan-kawan ini telah berjuang melakukan penolakan sejak lama. Alasannya bisa dibaca di pernyataan sikap Komite Kerja Advokasi Lingkungan Bali (Kekal Bali).

Untuk lebih mendalami sikap dari Pemerintah Provinsi Bali dan mengukuhkan sikap kawan-kawan Bali, maka perlu untuk memunculkan lagi sikap ‘perlawanan’ itu dengan berkunjung ke Gubernur Bali. Syukur nya Bapak I Made Mangku Pastika merespon positif dengan menerima permohonan kami berdiskusi dan menyatakan sikap (hearing) terhadap ulah PT. NBA tersebut.

Pak Gubernur menjelaskan kepada kami bahwa sudah 4 kali dari pihaknya mengirimkan surat penolakan atas permohonan PT. NBA. Pihaknya juga selalu memonitor keberadaan kawasan tersebut. Yang terjadi saat ini di kawasan Danau Buyan adalah PT. NBA memindahkankan bangunan contoh dari blok 2 ke blok 1. Alasan pemindahan karena air danau meluap dan mengancam konstruksi bangunan. Saat ini pengelolaan bangunan contoh berada di 2 pihak, yaitu dari PT. NBA dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali (BKSDA).

Secara lisan Pak Gubernur memberikan penghargaan tinggi atas partisipasi Kekal Bali yang peduli atas alam Bali, dan berupaya pula mempertahankan sikap yang sama yaitu tetap menolak. Semoga selalu benar ya Pak :).

Mencuat juga alasan penolakan Pak Gubernur bahwa kehadiran akomodasi pariwisata di kawasan Hutan Dasong akan merugikan ekologi danau. Salah satu kekawatirannya adalah kehadiran limbah kimia yang akan memunculkan biota-biota baru bersifat predator bagi biota lainnya. Biota itu berpotensi mendangkalkan danau dan mematikan ikan-ikan didalamnya. Masyarakat di sekitar situ yang akan rugi.

Selain permasalahan ekologi, Gubernur juga menyoroti sikap masyarakat sekitar danau yang lebih suka mendangkalkan danau agar bisa bercocok tanam. Area tebing dan diatas danau juga berubah fungsi menjadi lahan pertanian yang rentan longsor. Masyarakat lebih suka menanam tanaman lunak, misal sayuran dan bunga. Kalau hujan, tanah nya mudah longsor dan jatuhnya ke danau. Akhirnya danau jadi dangkal. Padahal, supaya tidak mudah longsor, sebaiknya ditanami dengan tanaman keras misal kopi.

Kasus ini juga serupa dengan Danau Batur Kintamani. Masyarakat sana lebih suka danau menjadi dangkal karena bisa untuk bercocok tanam di area yang dangkal. Padahal jika hujan danau berpotensi meluap.

Memang dilematis ya?, jika kelestarian alam harus jadi kambing hitam kapitalisme. Masyarakat berlomba-lomba untuk ‘memperkaya diri’ namun entah belum atau sudah tahu tentang dampak nya bagi mereka sendiri.

Maka tadi juga ada rekomendasi untuk membentuk forum kepedulian danau, seiring dengan keberadaan forum DAS (Daerah Aliran Sungai) yang sudah ada di masyarakat.

Dan akhirnya, pernyataan sikap kita-kita semua disana yang dikomando oleh Viar M Sugandha adalah: “Maka kami organisasi masyarakat sipil, pecinta lingkungan dan mahasiswa yang tergabung dalam Komite Kerja Advokasi Lingkungan (Kekal) Bali menyatakan keberatan atas rencana Pengusahaan Pariwisata Alam (PPA) yang diajukan oleh PT Nusa Bali Abadi dan menolak segala bentuk eksploitasi di kawasan hutan Dasong dan sekitarnya.”

Baca juga :
– Ulasan berita : Selamatkan Hutan Dasong dari Investor Rakus.

Ayo share

Bagikan Yuk