Pulau Menjangan. Kabarnya selalu datang dan pergi. Maklum, salah satu teamku di BOC, Viar pada akhirnya jadi tour leader bagi yang lain jika harus berangkat ke pulau kecil nun jauh di Bali bagian barat sana. Pulau yang terkenal akan pemandangan bawah lautnya. Bahkan, dalam daftar kunjungan wisata Bali, Pulau Menjangan terkenal untuk diving.
Ketika rombongan silih berganti baru pulang dari Pulau Menjangan, selalu membawa cerita yang menakjubkan. Rata-rata mereka habiskan waktu disana hanya untuk snorkling. Jadi geregetan juga ingin rasakan sendiri. Ya, masa itu tiba. Jreng jreeeng. 4 Maret 2012 lalu, berbarengan dengan acara kunjungan ke Panti Asuhan di Negara, Kabupaten Jembrana, kami ber 15 orang dari Bali Outbound Community pergi ke Pulau Menjangan. Tujuannya jelas! Snorking. Bayanganku adalah snorkling dengan live jacket hahaha. Maklum, renang sih bisa (gagap dink), namun selalu kecapek’an.
Perjalanan yang kita tempuh kurang lebih 3 jam dari Denpasar. Menuju ke barat arah pelabuhan Gilimanuk, Bali. Namun harus belok ke arah Singaraja kurang lebih 30 menit akhirnya ketemu dengan pelabuhan penyeberangan menuju Pulau Menjangan. Sebelumnya kita harus sewa perahu dan peralatan snorkling yaitu jetfin (kaki katak) dan google (kacamata selam plus pipa untuk bantuan nafas ketika snorkling).
Menyeberang ke Pulau Menjangan butuh waktu kurang lebih 30 menit. Habis itu yang telihat hanyalah pulau biasa saja. Aku sih masih belum ngeh dan anggap biasa saja. Namun, ketika rombongan pada bersiap diri pasang baju selam, alat snorkling dan tataaa ternyata nggak ada live jacket. Kaget aku dan mati aku, gumanku sih hihihi. Itulah kagetku untuk yang pertama kalinya. Para senior (yang telah berkali-kali snorkling disitu) pada teriak, nggak usah livejacket mas, bisa ngambang kok. Ayo dicoba. Bah … entah benar atau tidak langsung saja byurrr lompat ke laut. Lha dari pada di jorokin, mending nyemplung duluan.
Rupanya benar lho, sambil misuh-misuh dalam hati, aku mencoba berenang gunakan kaki katak, menjejakkan kaki perlahan-lahan, latihan atur nafas karena tidak melalui hidung lagi, namun nafas harus lewat mulut. Ternyata apa coba? Gila bisa mengambang dan tetap melanju. Tuhan Maha Hebat melalui para senior tadi! Hehehe. Dengan pede nya kuberi semangat ke yang lain. Hey bisa lho, yakin deh, cuma atur rasa panik saja.
Atur rasa panik, rupanya aku harus membayarnya dengan minum air laut berkali-kali lewat mulutku. Ya, kadang bingung tidak bisa nafas lewat hidung, langsung saja cokotan pipa itu terlepas dengan spontan dan byuur air laut nyemprot nggak sopan ketelan. Ya nggak papa, itulah bayaran nya dari latihan snorkling kali ini.
Setelah rasa panik bisa kuatur, perlahan-lahan mulai berani menjelajah pantai berkarang itu. Tiada terlukiskan rasanya. Aku menjumpai aneka ragam dan aneka warna terumbu karang. Ikan-ikan berwarna warni, beragam jenis dan bentuk. Semakin jauh snorkling di lautan bebas, mendadak panik itu muncul, dada sesak, kawatir nggak bisa nafas dan kawatir nggak bisa naik, lha wong yang kulihat adalah palung. Ya, diantara rimbunan karang yang cantik luar biasa, kumelihat bibir jurang menganga didalam sana. Jurang yang berwarna gelab dan sepertinya tidak ada dasar nya. Byuh, namun lambat laun jadi bisa menikmati snorkling disitu bersama para senior lainnya. Rasa kawatir hilang karena memang benar-benar bisa mengambang dan tanpa pakai livejacket.
Pengalaman yang hehehe sesuatu banget. Dan akhirnya benar, rasa kangen untuk kembali kesana menjalar setelah kita balik lagi ke Denpasar. Kapan lagi yaaa?
Merdeka.com: Berita Indonesia |
Peristiwa |
Politik |
Jakarta |
Uang |
Dunia
Bagikan Yuk