Suara itu lirih, perlahan menghilang
Seperti tertimbun sesak tak beralasan
Namun, aku sepertinya punya alasan tersendiri
Mengapa suara itu perlahan sirna
Suara itu biasanya digunakan untuk bercengkerama
Bersahutan satu sama lain saling menghayati
Makna dalam bait-bait cerita
Suara itu menyapih batin
Membelai sukma
Memanjakan jiwa
Bahwa kita saling bertenggang rasa
Lambat laun, aku menangkap adanya pemberontakan
Bahwa suara tidaklah penting untuk menggema
Bahwa sesuatu hal lain yang lebih untuk diutamakan
Diantara gelimpangan nafsu-nafsu duniawi …
Yang tampak mulai nyata
Semakin kubertanya, suara itu lantang berteriak
Tidak lagi merdu di telinga
Ciptakan nada-nada sumbang
Menodai ketentraman batin
Semoga saja ini adalah alasan yang tak bermakna
Hanya bisikan yang sumbang
Dari dalam hati
Bagaimanapun jua, aku kangen untuk saling bersuara, lebih dari apapun, di dunia ini.
Bagikan Yuk
2 Comments
Leave A Response
puisi yang bagus 🙂
Reply
:top: puisi puisi…. indah suaramu
Reply