Tak kan Ke Luar Negeri Sebelum Injak kan Kaki di Tanah Suci

Perjalanan ke Mekkah

Hari ke 4, Senin pagi 7 Januari 2019, jamaah umroh harus bersiap menuju Mekkah. Sebuah bus kekinian akan mengantarkan jamaah dari Madinah ke Mekkah. Sopir yang membawa kami ternyata orang Pamekasan, Madura, saya menyesal tidak berkenalan.

Soal sopir bus, sebelumnya di depan hotel tempat saya menginap, sempat berkenalan dengan Pak Agus, sopir bus asal Jawa Barat. Dia bercerita, sopir bus di Madinah dan Makkah rata-rata hampir 50% adalah expatriat. Alias tenaga asing. Ada yang dari Sudan, India, Pakistan dan Indonesia.

Mereka bekerja di bos bos Arab dengan gaji rata-rata 1500 real bersih. Sekitar 6 juta rupiah per bulan. Makan minum dan tempat tinggal ditanggung perusahaan. Gaji itu diluar tips ya. Kadang sekali bawa trip Madinah – Mekkah para sopir dapat tips 100 real. Gimana, berminat? Tidak mudah juga kerja disana. Harus bisa bahasa Arab, punya SIM Arab yang ketat ujiannya.

Aturan jalan raya di Arab juga ketat. Meski jalan raya lebar, lurus seperti tol, bus tidak boleh lari lebih dari 100 km/jam. Jika melanggar kena tilang 3000 real. Saya jadi merasakan sendiri ketika ke Mekkah, tampak sesekali sopir bus nge-rem agar tetap di 100 km/jam ketika lintasi kotak kamera/CCTV nya polisi. Sopir itu tahu saja klo ada kotak CCTV di tengah pembatas jalan.

Selama 5 jam! Madinah ke Mekkah. Suasananya terlihat jalan raya yang lebar, pegunungan batu, savana bebatuan dan berpasir. Matahari ada di ufuk selatan. Serasa sore yang aneh namun syahdu.

Pemandangan selama perjalanan itu itu saja. Pegunungan berbatu & padang savana yang luas sekali. Sesekali terlihat rumah kotak nun jauh disana. Akal seakan tak mampu berfikir, kok bisa hidup di tanah tandus tak berpohon. Membayangkan dulu Rasulullah berhijrah, jalan kaki. Ya Allah.

Selain lantunan Talbiyah “Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan niā€™mata laka wal mulk laa syarika lak“, nalar ini terkesima oleh hamparan gunung batu dan gurun pasir.

Islam lahir dari serba keterbatasan alam. Air jadi hal berharga. Minyak jadi hal luar biasa setelah nya. 1 liter air sama dengan harga 1 liter bbm, 2 real (8rb rupiah). Dari minyak lah Saudi Arabia mampu bergeliat.

Saudi Arabia menjadi negara petrodollar! Berawal dari peradaban Islam yang serba tak masuk akal. Gersang, tandus bebatuan, gurun pasir, namun manusianya bisa hidup! Tak lain dan tak bukan hanya Allah lah yang berikan daya dan kuasaNya bagi umatNya yang bertaqwa di Arab sana. “laa hawla wa laa quwwata illa billah“.

Saudi Arabia dan peradabannya adalah tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Allah Maha Kuasa!

Oh ya, sebelum bertolak ke Mekkah, kami jamaah ambil niat Umrah dalam keadaan sudah berpakaian ihrom, niat itu berkumandang dengan singgah dulu di Masjid Bir Ali untuk mengambil Miqot Umroh yaitu Sholat sunah 2 (dua) rokaat dan Membaca niat umroh.

Aktivitas di Mekkah, Ibadah Umrah dan Ziarah

Kami sampai hotel di Mekkah kurang lebih pukul 21.00 langsung makan malam dalam keadaan berpakaian Ihram. Istirahat sejenak dan pukul 23.00 mulai berjalan kaki hampir 1 km ke Masjidil Haram untuk Umrah.

Anehnya diri ini tidak menangis ketika melihat Ka’bah. Ya Allah ada apa diri saya ini. Takjub dan terpana sambil baca doa ketika melihat Ka’bah. Kami berkelompok jadi satu melaksanakan rangkaian ibadah umrah yaitu thowaf (berkeliling Ka’bah) 7 kali. Lanjut dengan sholat sunnah di belakang Maqom Ibrahim. Selanjutnya sa’i di bukit Shofa Marwa lalu tahalul (cukur rambut). Rangkaian Umrah pertama ini selesai kurang lebih pukul 03.00 dinihari waktu Mekkah. Saya lantas pamitan ibadah mandiri kepada para jamaah. Baca Al-Qur’an sambil menunggu Subuh.

Setelah saya selesai tunaikan Umrah wajib, selanjutnya 2 kali saya laksanakan Umrah atas namakan almarhum ibu saya dan almarhum kakek (bapak nya ibu). Alhamdulillah. Sepertinya Allah sudah atur waktu Umrah saya setelah ibu meninggal dunia. Untuk lokasi Miqot diambil di Masjid Ji’ronah dan Masjid Hudaibiyah.

Setelah Umrah ketiga inilah saya dan jamaah lain benar-benar menggunduli bersih rambut di kepala. Ada tempat cukur rambut diantara Hotel dan Masjidil Haram. Biayanya 20 real untuk Jamaah Indonesia.

Untuk tour ziarah terselenggara di hari rabu, hari ke 6 pada 9 Januari 2019. Kami dibawah ziarah ke Jabal Tsur tempat Nabi Muhammad SAW bersembunyi ketika dikejar kaum Quraisy saat hijrah ke Madinah, Padang Arofah dan Jabal Rahmah tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa, Masjid Namiroh, Musdalifah, Masjid Mas`aril Harom, Mina, Jamarot, Museum Haramain serta tour berkunjung ke peternakan Onta.

Jabal Rahma, tempat pertemuan Adam dan Hawa setelah terpisah 200 tahun. Terdapat pos yang berpengeras suara (toa) memberi tahu jamaah dalam beragam bahasa. Pas saya lewat situ pas suara dari ustad yang berbahasa Indonesia. Ustad bilang tempat ini tidak ada keistimewaan atau amalan yang harus dilakukan oleh jamaah. Namun saya melihat banyak sekali coretan nama dan ada yang meratap di dinding tugu serta ada yang berdoa diatas sana. WallahuAlam.

Peristiwa Mrinding Selama di Mekkah

Suhu udara begitu sejuk, dingin dan segar (siang 25, malam 21 derajat celcius). Walaupun moda transportasi berlalulalang dijalanan. Mayoritas saya melakukan ibadah mandiri juga selama di Mekkah alias sendirian. Lagi-lagi mindset ini berkata sangat sayang kalau berdiam diri di hotel.

Saya berempat dalam 1 kamar hotel. Ada 2 teman kamar saya terkena flu. Mereka panas, dingin, batuk, pusing dan menggigil. Semuanya berjuang untuk tidak menuruti rasa sakit itu. Ajaib nya saya tegar dan tidak tertular. Padahal flu ini sangat mudah menular ke saya ketika di Indonesia.

Mungkin saya bawa madu dan vitamin C dari Indonesia yang selalu saya minum sebelum berangkat beraktivitas. Namun flu itu terjangkit ketika saya berada dalam pesawat pulang ke Indonesia dan sempat tepar berhari-hari ketika di rumah hehehe. Tapi saya bersyukur tidak diberikan sakit ketika ibadah Umrah berlangsung.

Saya sempat thowaf sunnah sebanyak 2 kali. Sesekali saya juga berkeliling Masjidil Haram dari lantai bawah sampai lantai atas, mengamati situasi dan berpikir keras agar bisa ibadah dan doa di Multazam, area Hijr Ismail, sudut rukun Yaman dan sudut batu Hajar Aswad.

Akhirnya saya mencoba trik yang dilakukan oleh teman sesama jamaah Umrah. Yaitu niat terlebih dahulu, kemudian thowaf sunnah, diakhiri sholat sunnah dibelakang Maqom Ibrahim dan ‘menyerang’ sesuai niat dengan berjuang secara fisik merapat ke tempat ibadah tadi.

Ya, pada thowaf sunnah ke 2, saya berniat berjuang agar bisa ibadah dan doa ke Multazam, area Hijr Ismail, sudut rukun Yaman namun tidak ke Hajar Aswad. Kenapa? Saya melihat di area Hajar Aswad begitu banyak ‘hal negatif’. Saya lihat orang berjuang ke sudut itu dengan amarah, keringat, teriakan, dan kadang pelototan penuh curiga. Ah nggak lah. Mungkin lain kali saya kesana.

Akhirnya setelah sholat sunnah di Maqom Ibrahim, saya berusaha merangsek dengan kekuatan tubuh saya ke Hijr Ismail dulu. Alhamdulillah berhasil masuk kesana dan lakukan sholat taubat, hajat dan tahajud. Sungguh unsur individualis sangat kental disana. Saling dorong, sikut, dll mempertahankan diri. Hal serupa saya alami ketika menyentuh Ka’bah pada saat keluar dari Hijr Ismail. Sama juga ketika di Rukun Yaman dan penuh perjuangan ketika merapat ke Multazam (pintu Ka’bah).

Alhamdulillah berhasil! Dengan metode diatas. Niat dan berusaha! Allah akan kabulkan. Apakah sebelumnya saya tidak mencoba? Ya pernah, pas thowaf sunnah pertama saya coba mampir ke Hijr Ismail dan sangat sulit menembusnya. Saya cuma ingin mampir dan mencoba saja. Inilah beda nya antara ingin dan niat. Subhanallah.

Tibalah di hari akhir. Saya akhirnya menangis! Tanpa bisa dibendung ketika akan berpamitan dengan Ka’bah. Ya Allah. Sungguh nikmat sekali tangisan itu. Lepas semua rasa sesak selama ini.

Sebelum masuk Masjidil Haram, ada toilet dan tempat wudlu bagi jamaah. Kesan nya kecil namun setelah masuk kedalam ternyata 3 tingkat! Satu tingkat isinya ratusan ruangan toilet dan tempat wudlu. Jadi, jangan panik ketika lihat lantai 1 penuh orang. Jalanlah turun ke lantai 2 dan 3, biasanya masih kosong.

Meski cuaca diluar dingin, air untuk toilet dan wudlu hangat lho!

Penduduk yang jaraknya jauh dari Masjidil Haram, masih bisa sholat jamaah didepan toko-toko nya mereka. Ini saya lihat sendiri ketika waktu maghrib berlangsung dan kami baru tiba di hotel. MasyaAllah.

Yang buat saya heran, tidak ada kotak amal dalam Masjidil Haram. Semua operasional masjid sudah ditanggung oleh keluarga kerajaan Saudi melalui infaq bisnis nya. Contoh hotel-hotel di zamzam tower itu profit nya untuk operasional dan pengembangan masjid. Mrinding!

Air tawar hanyalah dari sumur zam zam. Selain itu sumber air berasal dari laut. Diproses lagi jadi tawar. Air dipergunakan untuk air minum, mencuci pakaian, dan siram tanaman. Pantaslah mobil-mobil di Saudi tampilannya dekil. Mobil mewah dan biasa selalu kotor. Seperti tak pernah dicuci. Penggunaan air ada prioritas nya.

Mobil yang dipakai taxi sedan sekelas Toyota Cammry. Mrinding!

Madinah dan Mekkah adalah bertemunya kita manusia dari segala bangsa! Segala ukuran dan segala tenaga! Disinilah letak ujian nya. Kendalikan emosional.

Selama di Mekkah, saya tidak berani selfie dengan latar belakang Ka’bah. Kenapa? Takut saja sama Allah. Kenapa? Entah! Takut saja. Maka foto-foto yang ada Ka’bah, dipastikan tidak ada saya didalamnya.

Saya dan rombongan lakukan Umrah ke 3 pas hari Kamis malam. Rame sangat! Mirip musim haji! Baik ketika Thowaf maupun Sa’i. Kenapa? Kata Muthawif, masyarakat Arab libur nya hari Jumat. Maka Kamis malam itu ibarat malam mingguannya di Indonesia. Maka masyarakat dari segala penjuru Saudi Arabia berbondong-bondong manfaatkan Kamis malam untuk bermalam mingguan sama Allah. Keren!

Bertolak ke Indonesia

Pada hari ke 8, hari Jum’at 11 Januari 2019, kami harus bertolak ke Jeddah menuju Bandara King Abdul Aziz. Bus mengantar kami ke Masjid Qisas untuk sholat Jumatan terlebih dahulu. Setelahnya berangkat ke pusat perbelanjaan Balad Qornes.

Uang saya habis! Walaupun ada dana di rekening namun tidak berani menariknya. Cukup!

Setiba di bandara King Abdul Aziz, travel Raphita memberikan kejutan dengan memberi bungkusan ayam fastfood yang terkenal di Saudi Arabia. Namanya AlBaik. Wuah ada 4 potong ayam lengkap dengan saus nya. Sengaja tidak saya makan pas di pesawat. Akhirnya tidak bisa menahan juga ketika di Bandara Soekarno Hatta. Saya makan ketika menunggu pesawat yang bertolak ke Bali. Lha daripada beli makan hehehe.

Terima kasih Ya Allah, terima kasih Mr. Fulan, memberikan kesempatan saya bisa Umrah. Semoga kita semua mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat nanti. Amin YRA.

Yang membaca tulisan ini semoga bisa Umrah dan Naik Haji dan menjadikannya lebih baik atas pengalaman saya pribadi ini. Kemudian, semoga saya juga bisa kembali ke tanah suci untuk Umrah (lagi dan memberangkatkan) dan Haji. Amin YRA.

Baca selanjutnya, klik halaman 4 – Melihat Video dan gambar-gambar (125 gambar)

Bagikan Yuk
[addtoany]