Upaya Polisi Melawan Premanisme Terorganisasi

Jasa Pengawal Truk Juga Dibersihkan

Perang melawan preman juga menjalar ke jasa pengawalan kendaraan angkutan, khususnya truk. Polda Jateng mengawali pembersihan jasa pengawalan yang banyak gentayangan di sepanjang jalur pantura provinsi ini.

Sebagai langkah awal, Polda Jateng mengajak Polres Batang. Sebab, beberapa kelompok preman yang berkedok pengawal kendaraan bermarkas di wilayah itu. Wilayah operasi mereka mulai dari Semarang hingga Brebes yang berbatasan dengan Cirebon (Jabar). Di sepanjang jalur itu, terdapat Alas Roban yang terkenal menyeramkan. Lebih dari itu, jalur tersebut menjadi perlintasan utama pengiriman barang di Pulau Jawa. Bahkan, pengiriman barang melalui jalur darat ke Sumatera dan Bali hingga Nusa Tenggara juga melewati wilayah itu.

Dalam operasinya, polisi melepas stiker bertulisan nama-nama kelompok pengawalan yang banyak ditempel di badan truk-truk besar. Stiker itu menjadi tanda bahwa truk-truk tersebut berada di bawah “perlindungan” kelompok tersebut.

Kanit I Resmob Polda Jateng AKP Sugeng Wahyudi menegaskan, saat ini polisi tengah memberantas segala bentuk pungutan yang terorganisasi maupun individu. “Tujuannya menghilangkan tindakan pemalakan para preman yang terorganisir. Biasanya, korbannya para sopir angkutan barang (truk, Red),” bebernya.

Polisi mengidentifikasi ratusan jasa pengawalan dan pengamanan armada ekspedisi yang cenderung merugikan para pengemudi. Polisi mengaku, beberapa jasa pengawalan dan pengamanan itu dibekingi aparat atau pensiunan. “Nanti kepolisian akan melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan akan memberikan sanksi bagi jasa pengawalan dan pengamanan tersebut,” janji Sugeng Wahyudi.

Dalam operasi itu, polisi menyobek banyak stiker bertulisan Gajah Oling. Kelompok yang berpusat di Jatim ini memang dikenal yang terbesar di jalur pantura. Selain Gajah Oling, polisi juga menyobek stiker bertulisan Trans Komando, Korpint, Sakram, Dharma Gati Ksatria, Gajahmada, Andalas, Sinar Garuda, Kokpin SMG, Putra Cakra Grup, Lang-Lang Buana, dan Singa Pantura.

Di tengah-tengah razia itu, polisi juga mengimbau para pengemudi truk agar menolak organisasi jasa pengawalan. Polisi siap membantu pengamanan jika pengemudi diancam atau dipukul preman gara-gara tidak membayar setoran.

Para sopir truk mengaku gembira atas upaya polisi memberantas preman. Selama ini, uang makan mereka berkurang karena harus membayar “upeti” kepada para preman jasa pengawalan di sepanjang jalur pantura. “Tidak semua perusahaan mengerti kondisi di jalan. Setiap kami melintas, terutama di wilayah Cirebon, kami harus menyetor uang Rp 100 ribu. Kalau tidak, kami akan dihajar para preman,” ujar San, seorang pengemudi truk di jalur pantura Jateng. Di setiap titik, terutama di pangkalan truk, biasanya ada preman yang ditunjuk oleh jasa pengawalan untuk meminta setoran kepada para sopir. (dik/jpnn/nw)

Sumber : Jawa Pos edisi Sabtu, 15 November 2008
Note : Sepertinya (agak GR), Polisi menindaklanjuti keluh kesah para sopir dan pengusaha ekspedisi, spt tertulis pada reportase saya beberapa waktu yang lalu. Semoga polisi tidak hanya gertak sambal doank. Harus ada tindak lanjut, kesinambungan dalam memberantas premanisme, antara pemerintah dan kepolisian itu sendiri. Ada opini menarik di posting lain “Memberantas Premanisme ke Akarnya“, simak terus yah.

Bagikan Yuk
[addtoany]