#BaliBusinessRoundTable – Siapapun Presidennya, Ekonomi Tetap Kokoh, Tapi …

Tetap saja harus memilih presiden Republik Indonesia! Pilihan kepada Jokowi sudah saya lakukan di Pemilu 2014 lalu. Sekarang? Siapakah presiden pilihan saya 2019 – 2024?

Bali Round Table BPR Lestari

Siapapun presiden nya, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan selalu di angka 4,8%. Mau presiden nya pelawak pun ekonomi Indonesia pondasi nya sudah kuat!” kata Faisal Basri.

Kalimat tersebut saya dapatkan ketika mengikuti acara “Bali Business Round Table” tahun ke 4 yang diselenggarakan oleh BPR Lestari, mengambil tema “Politik & Ekonomi Indonesia 2019” dengan keynote speaker Faisal Basri (Indonesian Economist Analyst) dan Burhanudin Muhtadi (Indonesian Political Analyst).

Bali Business Round Table BPR Lestari

Masih Faisal Basri bilang, “Penguatan rupiah sifatnya sementara. Keniscayaannya rupiah akan melemah. Siapapun itu presiden nya. Kenapa rupiah melemah? Karena kita masih sering import.

Burhanudin Muhtadi bilang: “Yang pasti dalam politik adalah KETIDAKPASTIAN!

Tidak ada negara di dunia ini yang kompleksitas pemilu nya paling rumit selain di Indonesia. Dan syukurnya Indonesia selalu aman selenggarakan Pemilu.

Menurut rekam jejak pemilu di Indonesia, kita akan baik-baik saja siapapun itu presiden nya.

Tidak perlu serius mikir politik karena elit politik kita pun sering ‘bersandiwara’. Lebih-lebih di acara ILC. Kelihatan dilayar mereka debat. Padahal pada saat break mereka ketawa-ketawa sambil tanya, “Bang Karni apakah saya tadi sudah keras atau belum?” Hahaha.

Jadi, menurut ahli-ahli diatas, siapapun presiden nya, Indonesia akan baik-baik saja. Meski Anda memilih Jokowi, adik Anda memilih Prabowo, Indonesia akan baik-baik saja! Tak kan ada dosa diantara kita hehehe.

Latar Belakang Pendidikan Capres dan Cawapres

Rasionalitas dari kedua pakar ekonomi dan politik diatas tentunya tidak perlu diragukan lagi. Ya, saya lebih percaya mereka daripada kedua capres Indonesia yang bukan berlatar belakang ilmu politik dan ekonomi. Jokowi insinyur kehutanan. Prabowo, tentara tulen.

Cawapres nya? Siapakah yang berlatar belakang ekonomi?

Saya membaca Ma’ruf Amin berlatar belakang Usulludin. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Usulludin yaitu ilmu tentang dasar-dasar agama Islam yang menyangkut iktikad (keyakinan) kepada Allah, rasul, kitab suci, soal-soal gaib (seperti hari kiamat, surga, dan neraka), kada dan kadar; ilmu tauhid; teologi Islam.

Saya membaca Sandiaga Uno berlatar belakang Business Administration. Menurut Wikipedia: Administrasi bisnis adalah proses pengelolaan perusahaan atau organisasi nirlaba guna menjaga kestabilan dan pertumbuhan organisasi. Cakupan bidang utama administrasi bisnis meliputi operasi, logistik, pemasaran, sumber daya manusia, dan manajemen.

Maka dari latar belakang kompetensi nya saja, kita ingin Indonesia jadi apa? Kalau saya, Indonesia harus lebih maju ekonominya. Sandiaga Uno lah yang rasional kalau bicara tentang ekonomi.

Ekonomi tak lepas dari dunia bisnis dan wirausahawan (entrepreneurship). Bagi saya, Sandiaga Uno yang pernah bergumul dengan HIPMI dan dunia wirausahawan sangat memahami kedua dunia itu.

Politik adalah Kepentingan

Saya punya kepentingan terhadap diri pribadi dan Indonesia pada umumnya. Saya sudah sandarkan kepentingan itu ke Pak SBY yang menang 2x dan periode 2014 lalu yang dimenangkan oleh Jokowi. Tentunya, 5 tahun kedepan saya pun punya kepentingan.

Saya ingin memakmurkan diri dan juga masyarakat disekeliling saya pun ikutan merasakan. Namun ternyata medio tahun 2014 – 2019 saya dan sekeliling saya tidak merasakan adanya peningkatan. Isinya adalah mempertahankan agar tidak berujung bangkrut.

Semenjak Jokowi naik, nilai mata uang rupiah terus melemah. Dollar makin menguat. Bisnis saya berkaitan dengan dollar. Saya butuh dollar untuk membayar operasional bahan baku bisnis. Jaman SBY masih lah berkelimpahan akibat dollar masih bertengger diangka Rp. 9.000 an. Jaman Jokowi? Bertengger diangka Rp. 13.000 an. Sekarang malah Rp. 14.000 an.

Apakah dollar bisa turun? Menurut sejarah, dollar pada era akhir Pak Soeharto adalah Rp. 16.000 dan itu bisa turun jadi Rp. 6.000 setelah presiden nya ganti.

Kenapa saya bisnis yang berkaitan dengan dollar? Daripada area bisnis ini direbut korporasi luar negeri seperti Google, Amazon, Alibaba, Hostinger, Exabytes, lebih baik anak negeri (saya) juga berusaha mengamankan aset pasar di Indonesia. Merekalah perusahaan luar negeri kompetitor bisnis saya.

Maka, siapa tahu wakil presiden nya ganti, maka keadaan dollar akan terkoreksi makin melemah dan rupiah makin menguat. Indonesia nantinya semakin sering export daripada import.

Kemudian, kepentingan lainnya lagi berkaitan dengan harga-harga kebutuhan pokok semakin meningkat. Utamanya listrik, lpg, bbm dan pangan.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa menaikkan harga BBM dan listrik adalah kebijakan tidak populer. Ya, akhirnya naik juga di pemerintahan Pak Jokowi. Rentetan yang terjadi adalah segala hal naik. Dibalik jargon Revolusi Mental, rakyat dipaksa untuk bermental bijaksana. Namun meski BBM pernah turun, segala hal yang naik itu tak bisa diturunkan lagi.

Kebutuhan pokok diatas menyangkut hajat hidup warga negara Indonesia. Keberadaannya dikendalikan salah satunya oleh para BUMN ciptaan negara. Pertanyaannya adalah, sudahkah singkronkah antara inti manfaat pasal 33 UUD 1945 dengan UU no. 19 tahun 2003 tentang BUMN?

Menurut UU itu, maksud dan tujuan BUMN adalah menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.

Klo segalanya naik dan sengsarakan orang banyak, apakah kiprah BUMN perlu di Revolusi Mental? Selama ini mereka teriak kalau mengalami kerugian. Kalaupun rugi namun bisa sejahterakan rakyat, why not?

Saya mengalami sendiri jalanan di pelosok desa yang rusak. Seakan tak terjamah dari gemerlap nya infrastruktur tol. Kalau mau pangan kita berdaulat, mulus kan dulu jalan-jalan pedesaan agar petani nya bergairah kirim pangan dari desa ke kota. Tanpa kena sakit encok akibat jalanan rusak.

Pacitan, sebuah kabupaten di ujung barat selatan Jawa Timur punya pembangkit tenaga listrik. Namun aneh nya rumah orang tua saya di pegunungan Pacitan sering banget mati listrik. Kalau sudah mati listrik, provider seluler nya pun mati.

Bali Tolak Reklamasi

Rakyat Bali sudah berjuang menolak reklamasi Teluk Benoa. Saya pun kadang ikutan terjun demo Bali Tolak Reklamasi bersama masyarakat untuk memberi tahu Presiden RI Joko Widodo dan pejabat bawahannya agar mencabut Perpres no 51 tahun 2014.

Dari awal Presiden Jokowi terpilih sampai sekarang, perjuangan ini tidak mendapatkan hasil. Perpres masih ada.

Maka, siapa tahu, dengan presiden dan wakil nya yang baru dan bukan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin, Indonesia akan berubah menjadi lebih baik. Adil dan makmur.

Jadi, pemilu kali ini, saya akan mencoblos Sandiaga Uno.

Salam NKRI harga mati!

 

Bagikan Yuk
[addtoany]